REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jutaan umat Islam di Indonesia sedang bersiap menyambut Hari Raya Idul Fitri 1445 H, termasuk beberapa etnis minoritas Tionghoa yang beragama Islam. Saat lebaran, muslim Tionghoa di Indonesia juga kerap menyajikan lontong opor ayam dan makanan halal lainnya.
Sekitar 87 persen dari 270 juta penduduk Indonesia adalah Muslim. Menurut sensus tahun 2010, meskipun sebagian besar dari hampir 3 juta etnis Tionghoa beragama Buddha atau Kristen, tapi sebagian lainnya telah menjadi Muslim atau menjadi mualaf.
Salah satu pendiri dan ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI), Johanes Herlijanto mengatakan, untuk memperkirakan jumlah Muslim Tionghoa di Indonesia sangat sulit karena jumlah etnis Tionghoa secara keseluruhan masih menjadi bahan perdebatan.
Johanes mengatakan, Muslim Tionghoa di Indonesia adalah komunitas yang beragam dengan komitmen yang berbeda-beda terhadap agama mereka.
“Kita akan menemukan orang-orang yang menjalankan agama dengan taat, misalnya mengenakan pakaian Islami. Bahkan ada tokoh agama di antara mereka,” ujar Johanes seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (9/4/2024).
“Kita juga akan menemukan masyarakat yang tidak terlalu menonjolkan identitas agamanya, sehingga tidak terlalu berbeda dengan masyarakat etnis Tionghoa pada umumnya,”ucap dia.
Sementara itu, peneliti independen yang fokus pada komunitas Tionghoa Indonesia, Agni Malagina menjelaskan, orang-orang yang mencurigai Tionghoa yang menjadi Muslim seringkali melepaskan identitas budayanya, namun menurutnya hal tersebut belum tentu benar.
Menurut dia, banyak orang Tionghoa menjadi Muslim melalui pernikahan dengan Muslim Indonesia, namun tetap mempertahankan tradisi mereka.
“Banyak yang masih mengetahui asal usul mereka dan tidak ragu untuk mengakui identitas Tionghoa mereka,” kata dia.
Agni, yang sebelumnya mengajar sinologi di Universitas Indonesia, mengatakan proses akulturasi masyarakat bersifat dinamis dan pernikahan antaretnis adalah cara yang paling umum bagi orang Tionghoa untuk menjadi Muslim, meskipun undang-undang perkawinan di Indonesia tidak secara eksplisit mengharuskan non-Muslim pindah agama untuk menikah.
Ia mencontohkan lontong opor ayam sebagai contoh perpaduan budaya Muslim Tiongkok dan Indonesia. Makanan ini disajikan saat Lebaran.
“(Keluarga Muslim Tiongkok) saling menghormati dengan menyajikan hidangan halal,” ucap Agni.
Namun, Johanes dari FSI mengatakan, dirinya juga mendengar bagaimana beberapa keluarga Tiongkok melakukan diskriminasi terhadap mereka yang memutuskan untuk menjadi mualaf.
“Apapun motivasi awal mereka memeluk Islam, identitas unik mereka dan upaya mereka membangun ruang interaksi antarbudaya bisa dianggap berhasil,” ujarnya kepada Al Jazeera.