REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah besar gas pendingin yang menyebabkan pemanasan iklim dari Cina dan Turki diselundupkan secara ilegal ke Eropa, sehingga melemahkan perjanjian global untuk menghentikan penggunaan gas-gas tersebut. Demikian merujuk sebuah laporan dari Environmental Investigation Agency (EIA) yang berbasis di London, Inggris.
Gas-gas tersebut adalah hidrofluorokarbon (HFC), serangkaian bahan kimia yang sebagian besar digunakan untuk pendinginan di industri dan ritel, yang tidak merusak lapisan ozon seperti pendingin lain yang dilarang, tetapi sebagai gas rumah kaca bisa beberapa ribu kali lebih kuat daripada karbon dioksida.
Meskipun ada komitmen untuk mengurangi penggunaan HFC, lembaga penegak hukum di seluruh Uni Eropa sedang berjuang untuk melacak pengiriman ilegal yang masuk melalui Turki, Rusia atau Ukraina. Berdasarkan penyelidikan EIA, para penyelundup menggunakan taktik yang semakin canggih untuk menghindari deteksi.
"Masih cukup mudah untuk menemukan HFC ilegal di pasar Eropa. Ada tanda-tanda bahwa para pedagang menyesuaikan metode mereka, bahwa mereka semakin lihai dalam menghindari pihak berwenang,” kata Fin Walravens, seorang juru kampanye senior EIA.
"Jika Anda dapat menyelundupkan gas yang paling berpolusi dan paling menjijikkan, pada dasarnya Anda akan mendapatkan keuntungan terbesar,” tambah dia seperti dilansir Reuters, Selasa (9/4/2024).
Sebagai bagian dari amandemen Kigali 2016 terhadap Protokol Montreal, negara-negara Eropa dan negara-negara industri lainnya berkomitmen untuk mengurangi penggunaan HFC sebesar 85 persen dari tahun 2012 hingga 2036. Untuk mewujudkan pengurangan penggunaan HFC secara bertahap, produsen dan konsumen HFC yang berwenang diberi kuota yang dikurangi secara bertahap.
Tetapi dengan permintaan yang masih kuat, pengurangan bertahap ini telah menaikkan harga, menciptakan insentif bagi para penyelundup -yang sebagian besar merupakan pedagang berlisensi- untuk menyediakan lebih banyak pasokan.
Investigasi EIA tahun 2021 menunjukkan bahwa HFC ilegal yang diselundupkan ke Eropa dapat mencapai 20-30 persen dari volume yang diperdagangkan secara legal, atau setara dengan 30 juta ton CO2.
China adalah produsen HFC terbesar di dunia, dengan 39 produsen resmi yang diberikan izin produksi yang setara dengan 185 juta ton CO2 tahun ini. Pemerintah mengeluarkan peraturan baru pada bulan Desember untuk menghukum perusahaan-perusahaan yang melebihi kuota mereka.
“Bahkan ketika produk alternatif tersedia, menegakkan penghapusan bahan kimia telah menjadi tantangan besar, karena beberapa pemerintah tidak dapat atau tidak mau menindak", kata Ian Rae dari University of Melbourne, yang merupakan penasihat teknis untuk Protokol Montreal.
"Sepertinya selalu ada permintaan dari pelanggan yang sudah puas dengan produk lama dan enggan mengganti dengan produk baru, yang bisa jadi lebih mahal," ujar dia.