Rabu 10 Apr 2024 10:37 WIB

Setelah Lebaran Hari Pertama, Umat Islam Diajak untuk Puasa Syawal Enam Hari 

Puasa Syawal tidak bisa langsung dikerjakan pada 1 Syawal

Rep: Muhyiddin/ Red: Arie Lukihardianti
ilustrasi puasa syawal
Foto: republika/mgrol101
ilustrasi puasa syawal

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Umat Islam telah usai melaksanakan ibadah puasa bulan Ramadhan dan menunaikan zakat fitrah. Kini, umat Islam telah memasuki bulan Syawal dan tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 M. 

Setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri di hari pertama, Imam dan khatib sholat Idul Fitri di Masjid Al-Barokah PSP2, Ustadz Muhammad Subki Dachlan mengajak umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa Syawal yang pahalanya sangat besar.

Baca Juga

"Selanjutnya mari kita melaksanakan puasa enam hari sesudah hari ini di bulan Syawal. Sehingga kita masuk ke dalam hamba Allah yang mendapatkan pahala berpuasa setahun," ujar Ustadz Subki saat membaca khutbah Idul Fitri di Masjid Al-Barokah PSP2, Sasak Panjang, Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Rabu (10/4/2024).

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ”‎

Artinya: "Siapa saja yang puasa Ramadhan, kemudian dia melanjutkan dengan enam hari pada bulan Syawal maka jadilah puasanya seperti satu tahun."

Puasa Syawal tidak bisa langsung dikerjakan pada 1 Syawal karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, yang termasuk ke dalam hari-hari haram berpuasa dalam Islam. Dalam sebuah hadits disebutkan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ

Artinya: "Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Muslim).

Berdasarkan hal itu, maka puasa Syawal 1445 H baru bisa dilaksanakan setelah hari pertama Idul Fitri, yakni pada 2 Syawal 1445 H yang tahun ini jatuh pada Kamis (11/4/2024) besok.

Lebih lanjut, Ustadz Subki dalam khutbahnya juga menjelaskan bahwa ibadah puasa yang telah dilaksanakan selama bulan Ramadhan seyogyanya menjadikan umat Islam sebagai hamba yang berkualitas. Karena, menurut dia, esensi puasa adalah takwa.

Sebagaimana tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 183, Allah SWT berfirman: 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ya ayyuhalladzina amanu kutiba 'alaikumus-siyamu kama kutiba 'alallazina ming qablikum la'allakum tattaqun.

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Menurut Ustadz Subki, Ramadhan seharusnya juga telah memberi pelajaran yang sangat berharga untuk menjadi pribadi muslim yang hebat. Bagaimana tidak, hal yang tadinya tidak pernah dilaksanakan, pada bulan suci Ramadhan banyak umat Islam yang melaksanakan, seperti bangun seprtiga malam. 

 

 

"Meskipun hanya sekadar untuk bersahur, tetapi itu merupakan imtihan (latihan) bagi kita untuk senantiasa bangun di sepertiga malam. Karena saat itu lah saat yang sangat ijabah, kita memohon kepada Allah SWT," kata Ustadz Subki. 

Selain dilatih untuk bangun di sepertiga malam, umat Islam juga dilatih untuk tadarus Alquran dan banyak bersedekah di bulan Ramadhan, sehingga bisa menjadi pribadi yang bertakwa. "Inilah training atau latihan yang Allah berikan kepada kita sebagai hamba semata karena dia sayang kepada kita," jelas Ustadz Subki. 

Ustadz Subki pun mengajak kepada seluruh umat Islam untuk mempertahankan predikat hamba yang takwa tersebut dengan tetap melaksanakan semua kebiasaan yang dilaksanakan di bulan Ramadhan. "Kita ramaikan dan makmurkan masjid kita dengan tetap sholat berjamaah, banyak melakukan sholat atau ibadah sunnah, qiyamul lail dan sedekah," ucap Ustadz Subki.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement