Kamis 11 Apr 2024 09:45 WIB

Laporan Inflasi AS Jeblok Lagi, Penurunan Suku Bunga The Fed Diproyeksi Mundur

Inflasi AS tercatat 3,5 persen pada Maret (yoy), di atas dari target 2 persen.

Gedung bank sentral AS the Federal Reserve
Foto: AP Photo/Patrick Semansky
Gedung bank sentral AS the Federal Reserve

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- The Federal Reverse diproyeksikan memundurkan penurunan suku bunganya karena laporan inflasi terbaru, Rabu (10/4/2024). Prospek penurunan suku bunga Federal Reserve yang pertama sebelum akhir musim panas, atau bahkan tahun ini, dipukul oleh tekanan harga di seluruh perekonomian AS.

Semula, pasar menilai The Fed akan mulai menurunkan suku bunga acuannya pada Juni. Namun kini, para analis dan ekonom mulai bergeser pada prospek penurunan di September. Laporan inflasi konsumen menunjukkan angka yang lebih kuat dari perkiraan untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.

Baca Juga

Ini mengirimkan pesan tekanan pada pasar keuangan. Bahkan, peluang The Fed tidak akan menurunkan suku bunga sama sekali tahun ini melonjak dari sebelumnya minus satu persen menjadi sekitar 14 persen setelah kejutan inflasi pada hari Rabu. 

Meskipun hal tersebut masih merupakan pandangan luar, hal tersebut tentu akan semakin dibahas sebagai suatu kemungkinan di kalangan ekonom dan beberapa pejabat Fed sendiri. Risalah pertemuan The Fed bulan Maret, yang dirilis pada hari Rabu, menunjukkan para pengambil kebijakan sudah kecewa dengan pembacaan inflasi baru-baru ini sebelum laporan terbaru.

Pada saat itu, para pembuat kebijakan The Fed masih merasa bahwa penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini adalah hal yang tepat, namun momentum penurunan suku bunga sudah semakin kuat. 

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic misalnya mengatakan dia memperkirakan akan ada penurunan suku bunga tunggal tahun ini pada kuartal keempat.

“Mengingat perekonomian AS begitu kuat dan tangguh, saya tidak bisa menghilangkan kemungkinan bahwa penurunan suku bunga mungkin harus dilakukan lebih jauh lagi,” kata Bostic dalam sebuah wawancara dengan Yahoo Finance pada hari Selasa (9/4/2024).

Laporan Indeks Harga Konsumen Departemen Tenaga Kerja mematok tingkat inflasi tahunan pada bulan Maret sebesar 3,5 persen, sebuah pengingat bahwa ini adalah jalan yang sulit untuk mencapai target inflasi dua persen The Fed.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Rabu menunjukkan indeks harga konsumen naik 3,5 persen tahun-ke-tahun di bulan Maret, naik dari 3,2 persen di bulan Februari. Inflasi harga konsumen inti, yang tidak memperhitungkan harga pangan dan gas dan merupakan salah satu ukuran yang digunakan para ekonom untuk mengukur kekakuan harga, meningkat sebesar 3,8 persen (yoy), sama dengan laju yang terjadi pada bulan Februari.

“Data ini tidak akan menghasilkan kepercayaan tambahan yang diharapkan para pejabat,” kata Omair Sharif dari Inflation Insights. 

"Jika mereka kecewa dengan angka inflasi bulan Januari dan Februari, mereka akan langsung putus asa setelah pembacaan hari ini,"

Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan jug mencapai level penting secara psikologis sebesar 4,5 persen setelah laporan inflasi pada hari Rabu, yang merupakan level tertinggi sejak November tahun lalu. Imbal hasil obligasi bertenor dua dan 10 tahun membukukan kenaikan harian terbesar sejak Maret 2023 dan September 2022.

The Fed menentukan sasaran inflasi dua persen untuk bisa menurunkan suku bunga acuan. Para traders sekarang bertaruh bahwa The Fed akan melakukan penurunan suku bunga sebesar seperempat poin pertama pada pertemuan tanggal 17-18 September, menjadi kisaran 5 persen hingga 5,25 persen. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement