REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi klinik dr. Raissa Edwina Djuanda, M.Gizi, Sp. G. K-AIFO menyarankan masyarakat untuk menyeimbangkan konsumsi opor dan gulai yang identik dengan Lebaran, dengan makanan sumber serat seperti sayur dan buah.
"Serat dapat membantu mengikat lemak dan kolesterol dalam tubuh," ujar dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) cabang DKI Jakarta itu saat dihubungi di Jakarta, Kamis (11/4/2024).
Kemudian, Raissa menyarankan masyarakat untuk memperhatikan porsi karena baik opor maupun gulai mengandung tinggi kalori, lemak, dan kolesterol.
"Konsumsi makanan secukupnya. Anda dapat menggunakan piring kecil untuk membantu mengontrol porsi makan," kata dia.
Konsumsi makanan secara berlebihan, apalagi terlalu pedas dan berlemak berisiko memunculkan gangguan pencernaan, seperti diare, maag hingga sembelit.
Kemudian, di dalam opor dan gulai biasanya terdapat sumber protein hewani yakni ayam dan daging sapi. Raissa menyarankan masyarakat untuk memilih bagian daging yang sehat seperti bagian dada ayam atau sapi tanpa lemak.
"Hindari bagian yang berlemak tinggi seperti jeroan atau kulit ayam (terkait dengan peningkatan kadar kolesterol)," ujar dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah-Puri Indah itu.
Konsumsi jeroan dan kulit ayam dikaitkan dengan peningkatan kadar kolesterol di dalam tubuh. Menurut Raissa, kadar kolesterol tinggi perlu diwaspadai karena berisiko menyebabkan penyakit jantung dan stroke.
Hal lain yang tak kalah penting, yakni berkonsultasi dulu dengan dokter terkait ada atau tidaknya kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kolesterol, atau obesitas sebelum menyantap makanan, khususnya selama Lebaran.
Tak hanya tentang makanan, dia pun mengingatkan tentang pentingnya masyarakat memenuhi asupan cairan dengan minum air putih yang cukup dan sebisa mungkin menghindari minuman manis. Selain itu, demi tetap sehat saat dan setelah Lebaran, Raissa menyarankan masyarakat berolahraga secara teratur.
"Kenaikan berat badan akibat mengonsumsi makanan secara berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik," katanya.