Jumat 12 Apr 2024 11:19 WIB

Banjir di Bandar Lampung, Lagu Lama

Kejadian seperti ini akan selalu terulang. Dengan kata lain, hanya tinggal tunggu tanggal mainnya saja, yaitu saat hujan turun.

Rep: MASPRIL ARIES/ Red: Partner
.
Foto: network /MASPRIL ARIES
.

Oleh Anshori Djausal (Budayawan & Pelukis)

Banjir di Bandar Lampung beberapa tahun terakhir ini memang telah menjadi masalah rutin. Banjir tersebut selalu terjadi pada setiap musim hujan.

Dulu lebih dari tiga dekade, banjir tanggal 15 Maret 1992 mislanya, menggenangi Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, dan Panjang. Banjir menggenangi Kelurahan Kota Karang, Pesawahan, Bumi Waras dan Garuntang. Pada tahun itu, daerah genangan banjir secara keseluruhan sekitar 5.000 unit rumah dan fasilitas umum rusak.

Kejadian terulang lagi, seperti pada 11 Januari 1993. Banjir menggenangi sekitar 300 rumah di daerah pemukiman dan jalan-jalan di Bandar Lampung, seperti Jalan Teuku Umar, Jalan Kartini, Jalan Yos Sudarso, dan sekitar Rawa Laut.

Kejadian seperti ini akan selalu terulang. Dengan kata lain, hanya tinggal tunggu tanggal mainnya saja, yaitu saat hujan turun. Hal ini ditambah dengan pesatnya perkembangan kota, yang menyebabkan perubahan daya dukung daerah aliran sungai (DAS) dan fungsi ruang. Bila tidak diantisipasi, bisa berdampak lebih luas dan buruk.

Penyebab Banjir

Berdasarkan penelitian Universitas Lampung (Unila) dan Bappeda Provinsi Lampung, diketahui bahwa banjir di Bandar Lampung merupakan banjir musiman. Namun, pada akhir-akhir ini banjir merupakan suatu hal yang rutin karena terjadi setiap tahun saat musim hujan. DAS yang dulunya tidak pernah mengalami gangguan sekarang tampak sering tergenang.

Terjadinya penggenangan air yang disebabkan meluapnya air dari DAS tertentu sebenarnya bukan merupakan gejala bvanjir karena pada dasarnya daerah itu merupakan wilayah penggenangan air. Tergenangnya air menjadi musibah banjir akibat perubahan pola penggunaan lahan. Rawa-rawa misalnya, berubah menjadi pemukiman sehingga genangan air menjadi tinggi.


Budayawan Anshori Djausal.
Budayawan Anshori Djausal.

Perlakuan lain yang dapat menjadi penyebab tingginya volume air yang menggenangi pemukiman, menurut pengamatan di lapangan, yaitu telah terjadi penyempitan pada badan-badan sungai. Cukup banyak rumah penduduk yang berada di bantaran sungai maupun berbatasan dengan badan sungai.

Di samping perlakuan tersebut, tipe rumah turut pula memberi sumbangan dalam mempertinggi volume air di wilayah pemukiman yang dulunya merupakan rawa-rawa atau kebun kelapa.

Tipe rumah pemukiman, dari hasil penelitian, merupakan rumah biasa. Dan hanya sedikit sekali rumah panggung. Padahal, pemukiman daerah bantaran sungai, terutama pada pemukiman yang digenangi air, rumah panggung merupakan bentuk ideal.

Atas dasar data, yang merupakan gambaran sosial-ekonomi, mala dapat dikatakan bahwa daerah yang dulu merupakan benangan air tetap (rawa-rawa) atau tidak tetap telah menjadi hunian masyarakat “golongan bawah”, dengan bermata pencarian, bertani, buruh dan pedagang. Gambaran mereka: berpendidikan SD dengan jumlah anggota keluarga relatif tinggi pula. Namun demikian, mereka umumnya memiliki rumah sendiri, jenis permanen/ sederhana.

Hasil pengukuran debit sungai saat tidak banjir dan batas muka air saat banjir, didapatkan perbedaan yang besar. Pada seluruh DAS yang dikaji, fluktuasi beda tinggi muka air berlisar 2 – 3 meter. Fluktuasi beda tingg ini menunjukkan lonjakan debit air yang harus ditampung penampang sungai atau saluran drainase bersangkutan.

Dari kenyataan ini, terlihat seluruh DAS di wilayah Bandar Lampung sangat potensial terjadi banjir, apa bila kapasitas penampang air sungai atau terjadi gangguan pada aliran air sungai pada saat debit air di atas normal.

Berdasarkan pengamatan lapangan, banjir terjadi ketika hujan berlangsung lebih dari tiga jam pada DAS bersangkutan.


Kota Bandar Lampung. (FOTO: FB@anshori djausal)
Kota Bandar Lampung. (FOTO: FB@anshori djausal)

Banjir dengan waktu hujan kurang dari tiga jam dapat terjadi di daerah dekat muara sungai, bila hujan terjadi bersamaan dengan pasang muka laut dan bila terjadi gangguan berupa penyempitan penampang sungai atau aliran drainase, serta penyumbatan saluran gorong-gorong dan jembatan.

Yang jelas, makin banyak areal dalam wilayah kota yang dibangun, akan mengurangi luas resapan air hujan dan memperbesar aliran permukaan. Kondisi ini tentu memperluas daertah potensi banjir.

Menyimak pengamatan hasil survei fisik serta sosial , terdapat beberapa macam banjir dan penyebabnya.

1. Daya tampung sungai kecil; 2. Penyempitan penampang sungai; 3. Sampah; 4. Pengalihan alur aliran sungai; 5. Air pasang; 6. Pembangunan di badan sungai; 7. Pemukiman baru; dan 8. Saluran drainase pada jalan raya.

Dampak Banjir

Secara umum, berbagai bentuk banjir yang terjadi akan memberikan dampak negatif, baik secara fisik maupun ekonomi. Pada daerah-daerah rawan banjir tinggi penggenangan 50-150 m. Penggenangan ini umumnya hanya 2-3 jam kemudian surut kembali. Tetapi masalahnya, sering secara tiba-tiba ketika hujan lebat. Penggenangan cuku lama 2-3 hari pernah terjadi di Kelurahan Sukarame pada tahun 1967. Banjir yang secara tiba-tiba tahun itu menghanyutkan jembatan swadaya masyarakat.

Banjir juga mendangkalkan sungai dan gorong-gorong. Seperti pendangkana sungai di Way Keteguhan mengakibatkan sungai ini tidak dapat lagi dilayari perahu, yang sebelumnya bisa dilayari.

Pendangkalan tersebut, bukan saja karena endapan lumpur yang tinggi, tetapi juga karena menumpuknya sampah saat banjir dan tertimbun di sungai atau saluran-saluran air tersebut.

Beberapa rekomendasi untuk mencegah dan menangani banjir di Kota Bandar Lampung adalah: 1. Penanganan DAS terpadu; 2. Pembangunan Cekdam; 3. Pembangunan polder penanganan limbah dan genangan; 4. Pemukiman daerah kumuh; 5. Drainase kota; 6. Pintu katup otomatis; 7. Kebijakan pembangunan pemukiman; dan 8. Reklamasi pantai. ©

Umroh plus wisata ke mana nih, yang masuk travel list Sobat Republika di Tahun 2024?

  • Turki
  • Al-Aqsa
  • Dubai
  • Mesir
  • Maroko
  • Andalusia
  • Yordania
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement