REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kelompoknya akan melanjutkan upaya meraih kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Setelah Israel membunuh tiga putranya dalam serangan di Gaza.
"Kepentingan rakyat Palestina di atas segalanya," kata Haniyeh menjawab pertanyaan apakah serangan itu berdampak pada kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera, Kamis (11/4/2024).
"Kami berupaya meraih kesepakatan, tapi penjajah masih menunda dan menolak merespons tuntutan," tambah Haniyeh yang sedang berada di Qatar.
Media Israel melaporkan serangan yang membunuh keluarga Haniyeh pada Rabu (10/4/2024) lalu digelar tanpa izin dari perwira tinggi atau pejabat senior. Keluarga sandera yang masih ditawan di Gaza khawatir serangan itu dapat merusak peluang kesepakatan pemulangan sandera.
"Saya hanya berharap ini tidak berdampak pada negosiasi, saya berharap tidak membuat Hamas menetapkan syarat yang lebih sulit di kesepakatan," kata Ofri Bibas Levy yang saudara laki-lakinya Yarden Bibas bersama istri dan dua anak mereka masih ditawan Hamas.
Keluarga 133 sandera menekan pemerintah Israel untuk segera membuat kesepakatan dalam perundingan yang dimediasi Amerika Serikat (AS), Mesir dan Qatar.
"Kunci dari setiap kesepakatan dengan penjajah dimulai dengan gencatan senjata permanen dan prioritas utama kami dalam proses negosiasi yang sedang berlangsung adalah kembalinya para pengungsi tanpa syarat dan penarikan pasukan sepenuhnya dari Jalur Gaza," kata juru bicara Hamas, Abdel-Latif al-Qanoua.
"Tanpa itu, kesepakatan tidak akan terjadi," tambahnya.
PM Netanyahu tidak....