REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Kepolisian Resor Cirebon Kota, Jawa Barat, telah memanggil enam orang saksi untuk dimintai keterangan guna keperluan penyelidikan atas kasus kematian empat orang teknisi yang tewas pada ruang tangki septik di Cirebon Super Block Mall.
Kepala Satreskrim Polres Cirebon Kota AKP Anggi Eko Prasetyo mengatakan pemeriksaan saksi tersebut bertujuan untuk mengumpulkan fakta baru berkaitan dengan insiden yang terjadi pada Selasa (9/4/2024).
“Kami pastikan penyelidikan terus berlanjut, sembari melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang memang berkaitan dengan peristiwa itu,” katanya, di Cirebon, Jumat (12/4/2024).
Ia menyampaikan selain pemeriksaan saksi, proses visum luar dan dalam terhadap kondisi korban yang dilakukan tim forensik masih berlangsung hingga kini.
Menurutnya, penyelidikan lanjutan sangat diperlukan agar penyebab pasti dari kematian keempat korban itu bisa terungkap serta nantinya pihak terkait dapat menerapkan langkah pencegahan agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi.
Kasatrrekrim mengatakan dalam penanganan kasus ini, Polres Cirebon Kota turut melibatkan tim ahli dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) setempat untuk mengumpulkan data terbaru.
“Dari tempat kejadian perkara (TKP) masih melaksanakan status quo melakukan pengecekan bersama tim yang ahli. Seluruh tim bergerak menghimpun keterangan terkait dengan peristiwa tersebut,” ujarnya.
Dari keterangan sementara, Anggi menyebutkan keempat teknisi itu tewas setelah melakukan perawatan rutin di ruang tangki septik di pusat perbelanjaan tersebut. Ia menambahkan para korban langsung dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit terdekat, untuk dilakukan proses autopsi. “Saat ini kami masih menunggu hasil autopsi tersebut,” cakapnya.
Sebelumnya, Penjabat Wali Kota Cirebon Agus Mulyadi menilai insiden yang menimpa keempat teknisi itu merupakan kecelakaan kerja dalam proses pengolahan limbah.
Agus pun mendesak pengelola mall, agar melaporkan kejadian tersebut secara tertulis. Baik itu kronologis dan data yang dibutuhkan dinas terkait.
"Kejadian ini harus menjadi evaluasi untuk manajemen. Sistem yang berjalan dalam pengelolaan limbahnya seperti apa, itu harus dilakukan secara optimal dan kami harap kejadian seperti ini tidak terulang,” ujar dia.