REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Puasa Syawal sejatinya memiliki kekhususan tersendiri jika dibandingkan Ramadhan. Bahkan pahala puasa pada Syawal sangatlah besar. Mengapa demikian?
Ulama terdahulu, Imam Abdurrauf al-Munawi, pernah menyampaikan betapa besarnya pahala puasa Syawal karena beratnya melaksanakan ibadah puasa di bulan tersebut.
Imam Al Munawi sendiri adalah ulama yang men-syarah kitab al-Jami al-Shaghir yakni kitab kumpulan hadits yang ditulis oleh Imam Suyuti. Imam Al Munawi berkata begini:
"خص شوال لأنه زمن يستدعي الرغبة فيه إلى الطعام لوقوعه عقب الصوم فالصوم حينئذ أشق وثوابه أكثر"
"Kekhususan Syawal karena bulan tersebut adalah waktu di mana makanan dibangkitkan (berbagai jenis makanan dihidangkan), karena Syawal terletak setelah bulan Ramadhan. Puasa di waktu itu (Syawal) lebih sulit dan pahalanya besar."
Sunnah puasa Syawal didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang populer di kalangan umat Muslim. Nabi mendorong umatnya untuk berpuasa selama enam hari di bulan Syawal setelah berakhirnya Ramadhan.
Hal ini menjadi peluang bagi umat Muslim untuk meraih pahala yang besar dan terus meningkatkan keimanan serta ketakwaan mereka. Dengan melaksanakan sunnah puasa ini, umat Muslim dapat memperkuat spiritualitas dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi SAW bersabda:
من صام رمضان ثم أتبعه ستاً من شوال كان كصيام الدهر
"Siapa yang puasa di bulan Ramadhan, lalu disertai selanjutnya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa seumur hidup." (HR Muslim). Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad SAW bersabda:
من صام ستة أيام بعد الفطر كان تمام السنة، من جاء بالحسنة فله عشرًا مثلها
"Siapa yang melaksanakan puasa selama satu bulan Ramadhan, kemudian disertai dengan puasa enam hari (Syawal) setelah Idul Fitri, maka akan diganjar pahala puasa satu tahun. Sedangkan siapa yang mengerjakan satu amal kebaikan, diganjar sepuluh kebaikan." (HR Ibnu Majah dan An-Nasa'i)
Dengan demikian, ganjaran pahala bagi seorang Muslim yang puasa enam hari Syawal sangat besar karena puasa di bulan tersebut memang amat berat. Seorang Muslim melanjutkan puasa enam hari di bulan Syawal, setelah puasa satu bulan penuh selama Ramadhan.
Puasa Syawal 6 hari lebih utama dikerjakan pada hari kedua Syawal, atau tepat setelah Idul Fitri. Sebab, inilah yang dikerjakan oleh Imam Syafi'i dan Imam Abu Hanifah.
Namun tidak apa-apa bila tidak menyambungkan puasa Ramadhan dengan puasa Ramadhan di hari keduanya. Boleh puasa Syawal di pertengahan atau di akhirnya, asalkan puasa dengan jumlah enam hari di bulan Syawal. Tetapi sebaiknya tidak menunda-nunda melaksanakan puasa Syawal.
Sumber: islamway