REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam memberikan penenekanan kepada umat Islam bahwa sesame meraka adalah saudara, karenanya, Islam melarang untuk berbuat zalim dan permusuhan, mengapa?
Dalam pandangan Alquran, pemusuhan terhadap mukmin adalah kezaliman yang besar. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى...... (١٦٤) Artinya: “Dan seseorang yang berdosa, tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS Al-An’am [6]: 164).
Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengatakan, ayat tersebut menjelaskan tentang keadilan mutlak (al-‘adalah al-mahdhah), yaitu tidak boleh menghukum seseorang atas kesalahan orang lain.
"Ayat Alquran di atas dan berbagai sumber ajaran Islam lainnya menegaskan bahwa memendam permusuhan dan kebencian terhadap orang mukmin adalah kezaliman yang besar. Sebab, ia seperti mencela semua sifat-sifat baik akibat satu kesalahannya," kata Nursi dikutip dari kitabnya yang berjudul Al Maktubat, halaman 443-444.
Menurut Nursi, permusuhan menjadi sebuah kezaliman yang lebih besar lagi jika meluas terhadap keluarga dan kerabatnya, sebagaimana yang digambarkan oleh Alquran berikut:
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ ...... (٣٤) Artinya: “Sesungguhnya manusia sangat berlaku zalim.” (QS Ibrahim [14]: 34).
"Apakah setelah mendengar penjelasan tentang kezaliman di atas, engkau masih mempunyai alasan untuk memusuhi saudaramu seiman dan menganggap dirimu benar?" ujar Nursi.
Ketahuilah, kata dia, dalam pandangan hakikat, kejahatan-kejahatan yang menjadi sebab timbulnya permusuhan dan kebencian bersifat padat, seperti tanah dan kejahatan itu sendiri.
Menurut Nursi, sifat benda padat tidak berpindah dan tidak memantul pada yang lain, kecuali kejahatan yang ditiru seseorang dari orang lain.
Sedangkan kebaikan yang menjadi sebab timbulnya rasa cinta bersifat halus, seperti cahaya dan cinta itu sendiri. Sifat cahaya dapat berpindah dan memantul pada yang lain.
Dari sinilah terlahir suatu pepatah: “Sahabat dari seorang sahabat juga merupakan sahabat.” Sebagaimana banyak orang sering mendengung-dengungkan: “Karena kebaikan satu orang, seribu orang dimuliakan.”
"Wahai orang yang tidak adil! Jika engkau mendambakan kebenaran, itulah hakikat yang sebenarnya. Karena itu, permusuhan dan kedengkianmu terhadap keluarga dan kerabat yang dicintai orang yang engkau benci sangat bertentangan dengan kebenaran," kata Nursi.