REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak memiliki otoritas untuk mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel. Namun, MUI tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif melakukan riset sendiri terkait daftar produk yang harus diboikot.
"Stakeholder seperti pemerintah, kementerian terkait dan lembaga non-struktural bisa ikut aktif memberikan literasi bagi masyarakat dengan membuka data dan informasi produk mana yang terafiliasi, serta menyebutkan sumber yang jelas, itu tidak masalah," kata Wakil Sekretaris Jenderal MUI KH Arif Fakhruddin dalam keterangan resminya di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca: Turki dan UAE Paling Banyak Sumbang Bantuan untuk Gaza, Palestina
Menurut Arif, MUI membolehka lembaga atau masyarakat yang melakukan aksi boikot untuk melakukan riset, dengan tujuan membuktikan suatu produk benar terafiliasi dengan Israel atau tidak. MUI juga mengimbau masyarakat agar menggunakan daftar produk terafiliasi Israel dari sumber yang jelas sebagai rujukan aksi boikot.
"Agar untuk melakukan gerakan boikot produk pro-Israel secara masif," kata Arif dalam siaran pers di Jakarta, Senin (15/4/2024).
Sejalan dengan instruksi MUI, Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) telah membuat daftar 10 perusahaan multinasional yang direkomendasikan untuk diboikot, termasuk kurma Israel. "Salah satu yang menjadi acuan adalah data dari situs Boycott.Thewitness dan Bdnaash," kata Direktur Eksekutif YKMI, Ahmad Himawan.
Baca: Sukses Jalankan Misi di Gaza, Super Hercules Tiba di Indonesia
Selain situs Boycott.Thewitness dan Bdnaash yang paling popular di Indonesia, situs gerakan Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) sejak lama juga aktif membagikan tautan yang mendorong ajakan boikot terhadap produk terafiliasi Israel. BDS melalui situs bdsmovement.net ikut mendorong kampanye boikot yang dicetuskan Asosiasi Konsumen Turki.
Pengecekan produk-produk terafiliasi Israel saat ini sebetulnya sangat mudah. Sebagai contoh, konsumen pengguna telepon selular bisa mengecek keterkaitan perusahan global melalui Aplikasi 'No Thanks'. Meski demikian, upaya intimidasi terhadap laman dan aplikasi boikot produk pro-Israel juga terus berjalan. Aplikasi No Thanks pernah menghilang dari Google Play Store.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto menyampaikan alasan pentingnya gerakan boikot produk terafiliasi Israel. Dia mengatakan, MUI menyerukan aksi boikot untuk memperlemah ekonomi Israel agar tidak melakukan penyerangan lagi terhadap Palestina.
Baca: TNI AU Gunakan Super Hercules Kirim Bantuan untuk Rakyat Gaza
"Mengapa boikot? Karena hasil penjualan, pasti diberikan manfaatnya bagi Israel. Karena ini dengan boikot, maka kita bisa memperlemah ekonomi Israel agar tidak menyerang-nyerang lagi," kata Prof Sudarnoto di Aula Buya Hamka Kantor MUI, Jakarta Pusat pada 10 Maret 2024.