REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA — Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat William Burns menelepon Direktur Organisasi Intelijen Nasional Turki Ibrahim Kalin dan memintanya agar menjadi mediator dalam konflik antara Israel dan Iran, lapor media Turki.
Kalin dan Burns juga bertukar pandangan tentang negosiasi gencatan senjata di Gaza, seperti dilaporkan stasiun TV TRT Haber pada Ahad.
Setelah percakapan dengan mitranya dari Amerika Serikat, Kalin pun berunding dengan perwakilan kelompok perlawanan Palestina Hamas, menurut laporan tersebut.
Sementara itu, secara terpisah, pemimpin negara-negara Barat mendesak Israel tidak membalas serangan Iran yang melibatkan ratusan drone dan rudal akhir pekan lalu. Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Inggris tidak mendukung serangan balasan.
Sementara, Senin (15/4/2024) Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Paris akan mencoba "menyakinkan Israel kami harus tidak meresponsnya dengan meningkatkan ketegangan."
Pada Sabtu (13/4/2024) malam, Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran meluncurkan lebih dari 300 pesawat nirawak (drone) dan rudal ke Israel dalam serangan langsung pertamanya ke wilayah Israel, menurut data Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Serangan tersebut untuk membalas serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April yang menewaskan tujuh perwira termasuk dua jenderal Garda Revolusi.
Juru bicara IDF Daniel Hagari mengeklaim bahwa Israel telah mencegat 99 persen target udara yang ditembakkan Iran, termasuk semua drone berhasil ditembak jatuh sebelum mencapai wilayah Israel.
Serangan Ahad (14/4/2024) menjadi serangan langsung pertama Iran ke wilayah Israel. Meski dua negara sudah bermusuhan sejak revolusi 1979.
Ketegangan semakin memanas sejak perang Israel di Gaza yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza sudah menewaskan 33.700 orang Palestina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz juga meminta Israel untuk "berkontribusi deeskalasi" situasi di Timur Tengah.
"Iran harus menghentikan agresinya," kata Scholz dalam kunjungannya di Cina. Jerman merupakan sekutu setia Israel.
Ditanya apakah ia mencoba membujuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak menggelar respons militer, dia mengatakan terdapat kesepakatan keberhasilan Israel menghalau serangan Iran dengan bantuan sekutu "benar-benar luar biasa."
"Keberhasilan ini mungkin juga tidak boleh dibuang begitu saja. Oleh karena itu kami menyarankan untuk berkontribusi pada de-eskalasi itu sendiri," tambahnya.