REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Gilad Erdan mengatakan, serangan Iran ke negaranya pada Sabtu (13/4) membuktikan bahwa Iran telah melampaui batas dan merupakan ancaman bagi perdamaian kawasan dan dunia. “Serangan tersebut telah melampaui segala batas dan Israel memiliki hak untuk membalas,” kata Erdan dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB pada Ahad (14/4/2024).
Erdan mengatakan, serangan Iran terhadap Israel adalah eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta menjadi rambu bahaya atas peringatan-peringatan terdahulu yang diabaikan, menurut keterangan tertulis PBB. “Israel ... berusaha untuk menyadarkan dunia tentang potensi bahaya yang dimiliki Iran dan proksinya,” ujar dia.
Sembari menyampaikan pernyataannya di hadapan Dewan Keamanan PBB, Erdan memutarkan sebuah video yang ia sebut menunjukkan serangan Iran tersebut saat di area udara Masjid Al-Aqsa. Ia lantas mempertanyakan apa yang telah PBB lakukan untuk melindungi dunia dari Iran.
Perwakilan Israel untuk PBB itu lebih lanjut mengatakan, Iran sudah jelas memiliki tujuan mempersenjatai, membiayai, dan melatih proksi terornya yang tersebar di penjuru dunia. Serangan ke Israel yang dilancarkan dari teritori Iran sendiri telah menggugurkan bantahan Iran atas hal itu selama ini.
"Terlebih, Israel saat ini dikepung oleh proksi-proksi Iran dan sedang diserang di semua front," ucap Erdan. “Topeng Iran telah jatuh sehingga kelengahan dunia juga harus berakhir. Pilihan kita satu-satunya saat ini adalah untuk mengecam Iran, dan memastikan bahwa mereka sadar bahwa dunia tidak akan lagi berdiam diri,” katanya.
Permusuhan terbaru antara Iran dan Israel dipicu serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu, yang menewaskan sedikitnya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, termasuk dua jenderal penting. Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan pesawat nirawak (drone) ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024).
Serangan itu, menurut Israel, berhasil digagalkan dan hanya mengenai sebuah pangkalan udara militer di Israel tetapi tidak menimbulkan kerusakan serius.