Selasa 16 Apr 2024 10:47 WIB

Pesan Biden Sebelum Netanyahu Respons Serangan Iran

Amerika menyatakan niatnya untuk meredakan ketegangan di kawasan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat menelepon Presiden AS Joe Biden setelah serangan Iran ke Israel pada Ahad (14/4/2024).
Foto: X
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat menelepon Presiden AS Joe Biden setelah serangan Iran ke Israel pada Ahad (14/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk "berpikir dengan hati-hati" tentang risiko eskalasi dengan Iran dan Tel Aviv, menurut seorang pejabat AS, Ahad (14/4/2024).

"Israel menjelaskan kepada kami bahwa mereka tidak menginginkan eskalasi yang signifikan dengan Iran," kata seorang pejabat senior AS kepada wartawan. Iran melancarkan serangan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024), sebagai pembalasan atas serangan di Damaskus awal bulan April yang menewaskan beberapa komandan Iran.

Baca Juga

Pejabat itu mengatakan, Biden menyampaikan "dengan sangat jelas" kepada Netanyahu selama panggilan telepon mereka pada Sabtu malam bahwa "kita harus berpikir secara hati-hati dan strategis mengenai risiko eskalasi." "Tujuan kami adalah meredakan ketegangan regional. Kami tidak ingin konflik regional lebih luas," kata pejabat tersebut.

Menanggapi pertanyaan apakah AS akan berpartisipasi dalam serangan balasan Israel setelah serangan Iran semalam, pejabat itu mengatakan: "Kami tidak akan membayangkan diri kami berpartisipasi dalam tindakan seperti itu."

Seorang pejabat senior militer AS mengatakan kapak-kapal AS yang berbasis di Mediterania Timur, USS Arleigh Burkey dan USS Carney, menghancurkan antara empat dan enam rudal balistik Iran selama serangan tersebut. Pejabat tersebut menambahkan. pesawat udara AS mencegat lebih dari 70 drone dan rudal jelajah Iran yang menuju Israel.

Hal ini sekaligus menegaskan kembali "komitmen kuat" AS terhadap pertahanan Israel. Sebelumnya pada Ahad (14/4/2024), juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menekankan, AS tidak menginginkan "konflik regional yang lebih luas."

"Kami tidak mengharapkan konflik regional yang lebih luas dan semua yang kami lakukan sejak 7 Oktober 2023 dirancang untuk mencegah hal tersebut terjadi," kata Kirby ketika ditanya apakah AS ikut serta dalam tindakan ofensif jika ada pembalasan Israel.

 

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement