Selasa 16 Apr 2024 23:37 WIB

Borrell: Iran tak Siap Berperang, Serangan ke Israel adalah Respons Terkendali

Iran lancarkan serangan balasan terhadap Israel dengan luncurkan drone dan rudal.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa (EU) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell menyebut Iran tak akan kirim drone jika inginkan kehancuran Israel.
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Perwakilan Tinggi Uni Eropa (EU) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell menyebut Iran tak akan kirim drone jika inginkan kehancuran Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Baik Iran maupun sekutu utamanya di Lebanon, Hizbullah, saat ini tidak siap berperang. Pernyataan itu disampaikan Perwakilan Tinggi Uni Eropa (EU) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell.

"Kami telah diperingatkan beberapa hari sebelumnya," kata Borrell, Selasa (16/4/2024), merujuk pada serangan drone dan rudal balistik Iran terhadap Israel pada akhir pekan lalu.

Baca Juga

Setelah serangan itu, Borrell mengaku diberi tahu oleh Menteri Luar Negeri Iran Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian bahwa Teheran hanya menargetkan fasilitas militer. Itu membuatnya memahami bahwa serangan Iran terhadap Israel adalah respons yang terkendali.

"Ketika Anda ingin menimbulkan kehancuran, Anda tidak perlu mengirimkan drone yang membutuhkan waktu enam jam untuk mendarat," kata Borrell.

"Saat ini, baik Hizbullah maupun Iran tidak siap berperang," ujarnya.

Borrell menegaskan bahwa tujuan politik EU adalah untuk menghindari eskalasi konflik. Dia mengatakan konflik regional di Timur Tengah tidak akan menguntungkan siapa pun, apalagi bagi warga di Jalur Gaza.

Lebih lanjut, Borrell menjelaskan bahwa EU tidak memiliki kekuatan lain selain diplomasi dan persatuan, meskipun beberapa negara anggota, termasuk Jerman, memiliki hubungan yang lebih baik dengan Israel.

Baca Juga: Di Luar Nalar, Israel Gunakan Suara Tangisan untuk Kecoh Warga Palestina

"Amerika bisa menggunakan cara lain jika mereka mau, khususnya terkait transfer senjata mereka ke Israel. Mereka mengambil keputusan yang mengikat di masa lalu. Namun, saat ini, saya rasa mereka tidak ingin menggunakan pengaruh yang mereka miliki," kata Borrell.

Borrell menyesali adanya "perpecahan yang nyata dan mendalam" di antara negara-negara Eropa mengenai konflik di Timur Tengah. Ia mencatat bahwa beberapa negara, seperti Prancis, mengubah posisi dan mulai menyerukan gencatan senjata segera.

"Saya selalu berusaha menyampaikan posisi konsensus: Jika penghentian pasokan air, listrik, dan makanan bagi penduduk yang terkepung melanggar hukum internasional di Ukraina, maka hal yang sama juga terjadi di Gaza," kata Borrell.

"Jika kami tidak menerima sikap universalis ini, kami dituduh menerapkan standar ganda," ujarnya.

 

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement