Rabu 17 Apr 2024 10:45 WIB

Pedagang Pasar di Bali Ikut Rasakan Berkah Lebaran Ketupat

Lebaran merupakan momentum menguatkan silaturahmi.

Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi pemudik.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Ilustrasi pemudik.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sejumlah pedagang yang warga asli Bali ikut merasakan berkah dari Lebaran Ketupat atau tradisi umat Muslim pada sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Salah satunya Wayan Suartini (50 tahun), seorang pedagang asal Kabupaten Karangasem, yang biasanya hanya menjual perlengkapan upacara agama Hindu di depan Pasar Badung.

Baca Juga

“Ini saya jualan ulatan ketupat dari pagi sampai malam, khusus hari raya, biasanya cuma jual canang dan pejati,” kata pedagang di kawasan Pasar Badung, Denpasar, Selasa.

Ulatan ketupat yang ia buat dihargai Rp5.000 satu ikatnya atau Rp1.000 satu ketupat, meski terlihat murah Suartini menyebut dirinya sudah mendapat untung dari harga itu, sehingga menjadi tambahan penghasilan.

Ia menyampaikan bahwa ulatan ketupat tersebut berasal dari bahan janur yang ia beli langsung di dalam pasar, membuatnya pun tak sulit karena bagi masyarakat Hindu di Bali, ketupat adalah bagian dari sarana upacara keagamaan biasa disebut tipat nasi.

Satu hari menjelang Lebaran Ketupat sambil menjual canang dan pejati, ibu yang sudah puluhan tahun berdagang itu mengaku dirinya mendapat tambahan penghasilan lebih dari Rp150 ribu dari ulatan janurnya.

“150 ketupat pasti habis tapi nanti kan belum hari H acaranya, besok hari-H biasanya banyak yang beli sedari pagi,” ujarnya.

Pedagang lainnya bernama Ayu (65) justru merasakan berkah lebih lagi lantaran dalam 1 jam sudah mendapat pembeli lima ikat ulatan ketupat.

 

Nenek asal Tabanan tersebut mengatakan pada hari biasa pekerjaannya bukan berdagang, melainkan sebagai kuli angkut buah di Pasar Badung.

 

“Iya syukurnya dapat rejeki, ini jualan kalau hari raya aja, pembelinya yang Muslim, saya jual ini sejak Lebaran,” kata dia.

 

Ia tak pernah menghitung berapa banyak keuntungan dari beralih profesi sementara ini, lantaran bersama sang orang tua ia terus menganyam ketupat dengan bahan janur yang dibeli di dalam pasar.

 

“Beli bahan janurnya Rp20.000 itu busung Jawa, tidak hitung habis berapa karena tiap ada yang beli saya buat lagi, lumayan berapa ratus bisa dapat,” ujarnya.

 

Diketahui, sekitar empat pedagang ulatan ketupat yang berada di kawasan pasar menjual dengan harga yang sama, mereka mencari tambahan berkah dengan menjual ketupat di tengah menjalani pekerjaan berdagang yang lain.

 

Salah satu pembeli yang ditemui di lokasi adalah Dwinny (21) perantau asal Jawa Timur yang berkuliah di Denpasar.

 

Kepada media, Dwinny mengatakan sudah membeli ulatan ketupat sejak jelang Idul Fitri pekan lalu dan saat ini membeli kembali untuk kebutuhan Lebaran Ketupat.

 

Ia senang karena bisa membeli ulatan pedagang di pasar, menurutnya harga yang ditawarkan sesuai dan di suasana saat ini kehadiran pedagang Bali sangat membantu lantaran banyak pedagang lain yang masih mudik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement