Rabu 17 Apr 2024 18:26 WIB

Mampukah AI Prediksi Kematian Seseorang? Ini Penjelasan Peneliti

Para peneliti menyarankan life2vec dapat menawarkan landasan yang mudah disesuaikan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Kecerdasan buatan (ilustrasi). Terdapat alat AI yang mengeklaim bisa memprediksi kematian seseorang yaitu kalkulator life2vec.
Foto: www.freepik.com
Kecerdasan buatan (ilustrasi). Terdapat alat AI yang mengeklaim bisa memprediksi kematian seseorang yaitu kalkulator life2vec.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat alat AI yang mengeklaim bisa memprediksi kematian seseorang yaitu "kalkulator" life2vec. Sistem kecerdasan buatan baru tersebut diklaim mampu menebak dengan kompeten apakah seseorang akan mati dalam jangka waktu tertentu. 

Dilansir laman Scientific American, tim peneliti mengembangkan model pembelajaran mesin yang disebut life2vec yang dapat membuat prediksi umum tentang detail dan jalan hidup seseorang seperti perkiraan kematian, ciri-ciri kepribadian, dan kapan dia akan pindah dari kota. Model ini diambil dari data jutaan penduduk Denmark termasuk rincian tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi, dan penggunaan sistem layanan kesehatan universal di negara tersebut. 

Baca Juga

Metrik penelitian menemukan bahwa model baru ini diklaim memiliki akurasi lebih dari 78 persen dalam memprediksi kematian pada populasi penelitian selama periode empat tahun, dan secara signifikan mengungguli metode prediksi lainnya seperti tabel aktuaria dan berbagai alat pembelajaran mesin. Dalam tes terpisah, life2vec juga memperkirakan apakah seseorang akan pindah dari Denmark dalam periode yang sama dengan akurasi sekitar 73 persen, berdasarkan satu metrik studi.

Para peneliti lebih lanjut menggunakan life2vec untuk memprediksi tanggapan yang dilaporkan sendiri oleh seseorang terhadap kuesioner kepribadian. Mereka menemukan tanda-tanda awal yang menjanjikan bahwa model tersebut dapat menghubungkan ciri-ciri kepribadian dengan peristiwa kehidupan. 

“Studi ini menunjukkan pendekatan baru yang menarik untuk memprediksi dan menganalisis lintasan kehidupan masyarakat,” kata seorang profesor sosiologi di Universitas Princeton, yang meneliti ilmu sosial komputasi dan menulis buku Bit by Bit: Social Research in the Digital Age, Matthew Salganik.

“Pengembang life2vec menggunakan gaya yang sangat berbeda, yang sejauh yang saya tahu belum pernah digunakan oleh siapa pun sebelumnya,” kata dia lagi.

Life2vec didasarkan pada jenis arsitektur yang sama yang mendasari chatbot AI populer seperti ChatGPT, OpenAI, dan Bard Google. Secara khusus, model prediktif baru ini paling dekat dengan BERT, model bahasa yang diperkenalkan oleh Google pada 2018.  

“Kami mengambil prinsip yang telah dikembangkan untuk pemodelan bahasa dan menerapkannya pada beberapa data urutan yang sangat, sangat, sangat menarik tentang makhluk, tentang manusia,” kata penulis studi yang juga seorang profesor ilmu jaringan dan kompleksitas di Technical University of Denmark, Sune Lehmann.

Untuk mendapatkan alat pemrosesan bahasa yang dapat membuat prediksi tentang masa depan manusia, Lehmann dan rekan-rekannya memproses data individu menjadi garis waktu unik yang terdiri atas peristiwa-peristiwa seperti perubahan gaji dan rawat inap (dengan peristiwa-peristiwa tertentu yang direpresentasikan sebagai token digital yang dapat dilakukan oleh komputer). Mengingat data pelatihan mereka menangkap begitu banyak hal tentang manusia dan arsitektur model mereka sangat fleksibel, para peneliti menyarankan life2vec dapat menawarkan landasan yang dapat dengan mudah diubah dan disesuaikan. Tujuannya, untuk menawarkan prediksi tentang banyak aspek kehidupan manusia yang masih belum dijelajahi.

Lehmann mengatakan para profesional medis telah menghubunginya untuk meminta bantuan dalam mengembangkan versi life2vec yang berhubungan dengan kesehatan. Termasuk versi yang dapat membantu menjelaskan faktor risiko penyakit langka di tingkat populasi tertentu. 

Ia berharap dapat menggunakan alat ini untuk mendeteksi hubungan yang sebelumnya tidak diketahui antara dunia dan hasil kehidupan manusia, sehingga berpotensi mengeksplorasi pertanyaan seperti "Apa faktor terpenting dalam menentukan gaji atau kematian dini?". Namun, salah satu peringatan terbesar dari life2vec adalah bahwa ukuran akurasi penelitian ini belum tentu kuat. Hal ini lebih berupa bukti konsep daripada bukti bahwa life2vec dapat memprediksi dengan tepat apakah seseorang akan meninggal dalam jangka waktu tertentu. 

Sulit untuk mengetahui cara terbaik untuk menilai keakuratan alat seperti ini karena tidak ada alat lain yang sebanding di luar sana. Kematian individu sangat sulit untuk dievaluasi karena meskipun semua orang pada akhirnya meninggal dunia, sebagian besar orang muda dan setengah baya dapat bertahan hidup dari tahun ke tahun.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement