REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank syariah terbesar di Abu Dhabi dikabarkan sedang dalam diskusi untuk membeli kepemilikan minoritas atas Bank Syariah Indonesia (BSI). Dikabarkan oleh Reuters pada Rabu (17/4/2024), Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) akan merogoh kocek sebesar 1,1 miliar dolar AS. Hal itu sekaligus untuk membuka peluang ADIB masuk ke pasar perbankan syariah di kawasan Asia Tenggara.
Disebutkan oleh sumber Reuters, opsi yang disiapkan yakni membeli kepemilikan saham sebesar 15 persen dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kendati demikian, ADIB menolak berkomentar terkait hal ini.
Sementara itu, BSI juga menyatakan informasi tersebut berada pada ranah pemegang saham. "Apa yang bisa kami katakan adalah informasi di atas adalah domain pemegang saham kami," ujar Corporate Secretary BSI Gunawan Hartoyo.
Setelah dilakukan merger bank syariah milik BUMN, BSI berhasil menjaga kinerja keuangan tetap tumbuh secara impresif di tengah tantangan dan ketidakpastian perekonomian global karena meningkatnya tensi geopolitik dunia. Keberhasilan BSI dalam menjaga kinerja positif itu ditunjukkan dengan pencapaian laba yang tumbuh 33,88 persen (yoy) menjadi Rp 5,70 triliun hingga kuartal IV 2023.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan bahwa kontributor utama penopang kinerja positif BSI di antaranya adalah pembiayaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan dana murah yang tumbuh dua digit, respons strategi yang tepat serta model bisnis yang fleksibel dan terdigitalisasi.
Sepanjang 2023, BSI mencatat jumlah pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 240,32 triliun atau tumbuh 15,70 persen year on year, dengan kualitas pembiayaan (NPF) gross membaik pada posisi 2,08 persen. Komposisi pembiayaan yang disalurkan didominasi oleh segmen konsumer (54,32 persen), wholesale (28,09 persen) dan retail (17,58 persen).