Rabu 17 Apr 2024 21:37 WIB

Islam di Georgia, Minoritas yang Terus Tumbuh Meski Pernah Hadapi Tekanan

Islam di Georgia memiliki akar sejarah yang kuat

Red: Nashih Nashrullah
Sebuah masjid di Tiblisi, Georgia. Islam di Georgia memiliki akar sejarah yang kuat
Sebuah masjid di Tiblisi, Georgia. Islam di Georgia memiliki akar sejarah yang kuat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan luas wilayah 70 ribu km persegi, dua kali luas wilayah Belgia atau Swiss, Republik Georgia mempunyai iklim yang moderat dan hangat. Berpenduduk sekitar 4.677.401 orang yang terdiri atas berbagai suku, antara lain Georgia, Azeri, Armenia, dan Rusia. Mayoritas penduduknya beragama Kristen Ortodox (83,9 persen), Islam (10 persen), dan lainnya tujuh persen.

Sebagaimana Rusia, mayoritas penduduk Georgia menganut agama Kristen selama berabad-abad dan merupakan sebuah negara pertama di Eropa yang mengadopsi Kristen sebagai agama negara selama beberapa dekade. Namun, jauh sebelum ajaran Kristen merambah kawasan Georgia, kerajaan-kerajaan Muslim tercatat telah beberapa kali menaklukkan wilayah ini.

Baca Juga

George Sanikidze dan Edward W Walker dari University of California, Berkeley, dalam artikel mereka yang bertajuk “Islam and Islamic Practices in Georgia” memaparkan bahwa ajaran Islam masuk ke Georgia pada abad ke-8 Masehi ketika orang-orang Arab menduduki Tbilisi selama empat dekade dan menjadikannya sebagai ibu kota emirat Islam (Nisba' at-Tiflisi). Namun, kota ini direbut kembali oleh King David IV pada 1122 dan dijadikan ibu kota Kerajaan Kristen Georgia.

Data ini menunjukkan bahwa agama Islam sudah sangat lama berada di wilayah ini. Sayangnya, karena minim pembinaan dan kuatnya hegemoni Kristen dan komunis, secara perlahan umat Islam di Georgia mengalami penyusutan kuantitas (jumlah). Bahkan, selama lebih dari delapan abad, agama Islam di Georgia tak menunjukkan aktivitas yang berarti.