Kamis 18 Apr 2024 08:20 WIB

Seberapa Tangguh Pertahanan Iran Jika Israel Menyerang?

Presiden Iran Ibrahim Raisi tak gentar dengan janji serangan balasan Israel.

Red: Ferry kisihandi
Sejumlag rudal diangkut truk saat parade Hari Angkatan Bersenjata di pangkalan militer utara Teheran, Iran, Rabu (17/4/2024).
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
Sejumlag rudal diangkut truk saat parade Hari Angkatan Bersenjata di pangkalan militer utara Teheran, Iran, Rabu (17/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Israel menjanjikan serangan balasan atas serangan Iran pada Ahad (14/4/2024) dini hari lalu. Kabinet perang Israel menggelar rapat beberapa kali untuk membahas serangan balasan ini. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Herzi Halevi balasan itu pasti dilakukan. 

Presiden Iran Ibrahim Raisi tak gentar dengan janji serangan balasan Israel. ‘’Kami akan membalas dengan masif dan lebih keras jika Israel memutuskan melakukan operasi militer langsung di tanah Iran,’’ katanya, Rabu (17/4/2024). Lalu seberapa kuat pertahanan Iran? 

Baca Juga

Senjata Pertahanan Lokal 

Dalam beberapa dekade, Iran bergantung pada kemampuan sendiri dalam bidang ekonomi, demikian pula di sektor militer. Dihantam sanksi dan embargo selama berpuluh-puluh tahun, pertahanan udara Iran menghadapi tantangan. 

Mereka mengandalkan pesawat tempur dan peralatannya, termasuk F-4 dan F-5 buatan AS, peninggalan sebelum revolusi 1979. Revolusi saat menggulingkan monarki dukungan barat yang dipimpin oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi.

Sekarang Iran mengoperasikan pesawat tempur yang sebagian besar buatan Rusia, yakni Sukhoi dan MiG yang berasal dari masa Uni Soviet. Iran juga membangun pesawat tempurnya sendiri, seperti Saeqeh dan  Kowsar yang merujuk rancangan pesawat tempur AS. 

Meski demikian, menurut laman berita Aljazirah, Rabu, muncul pertanyaan apakah pesawat-pesawat ini mampu menandingi pesawat F-35 yang banyak dimiliki Israel? Pengiriman puluhan Sukhoi-35 yang dalam pembicaraan dengan Rusia, bisa memperkuat pertahanan udara Iran. 

Rudal Jarak Jauh

Iran berusaha menutupi ‘lubang’ pertahanan udara karena pesawat-pesawat yang sudah tua dengan pengembangan rudal. Mereka khususnya fokus pada peningkatan sistem pertahanan udara. Pertahanan lain juga dilakukan. 

Yakni dengan membangun pangkalan udara, depot rudal, dan fasilitas di kedalaman wilayah pegunungan agar tak menjadi sasaran bom anti-bunker buatan AS yang digunakan Israel. Selama enam bulan berperang di Gaza, Israel secara masif menggunakan bom tersebut.

Rudal dengan jangkauan paling jauh yang dikembangkan sendiri oleh Iran adalah Bavar-373. Rudal ini mulai digunakan pada 2019 setelah pengembangan dan pengujian selama satu dekade. Sejak saat itu, rudal jarak jauh ini mengalami perkembangan signifikan. 

Pada November 2022, Iran memajang Bavar-373 yang lebih canggih dengan deteksi radar yang juga meningkat dari 350 km menjadi 450 km. Bavar-373 ini juga dilengkapi rudal surface-to-air canggih, yaitu Sayyad 4B.

Rudal ini mampu mengunci target, termasuk rudal balistik jarak jauh, drone, pesawat tempur stealth pada jarak hingga 400 km, melacak 60 target dan enam target tambahan secara bersamaan serta mampu menghantam mereka pada jarak hingga 300 km. 

Media pemerintah melaporkan, dalam sejumlah aspek sistem pertahanan Iran ini lebih unggul dibandingkan buatan Rusia, S-300 bahkan bisa disandingkan dengan sistem yang lebih maju lagi, S-400 yang selama ini dinilai sebagai salah satu yang tercanggih di dunia. 

Di samping itu, selain sistem pertahanan rudal Tor, Iran mengoperasikan S-300 yang dibuat Rusia. Teheran menerima S-300 setelah menandatangani kesepakatan program nukli dengan sejumlah negara besar pada 2016.

S-300 yang pertama kali dioperasikan pada akhir 1970-an, dirancang untuk menembak jatuh pesawat, drone, dan rudal jelajah serta balistik dalam jarak hingga 150 km. Tor hanya mampu membidik pada jarak lebih rendah yaitu hingga 16 km. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement