Kamis 18 Apr 2024 09:51 WIB

Gempa Bawean, Bayi Lahir di Bawah Tenda Terpal

Korban gempa Bawean terus mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Warga Bawean, Halimatussadiyah melahirkan di tenda pengungsian, Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang, Pulau Bawean, Gresik, Sabtu (13/4/2024).
Foto: Dok Republika
Warga Bawean, Halimatussadiyah melahirkan di tenda pengungsian, Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang, Pulau Bawean, Gresik, Sabtu (13/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Pascagempa berkekuatan mangnitudo 6,5 yang melanda Pulau Bawean, warga masih banyak yang tinggal di Hunian Sementara (Huntara) yang hanya beratapkan terpal. Bahkan, seorang warga Bawean, Halimatussa'diyah terpaksa harus melahirkan di tempat pengungsian yang dibangun relawan dari NU Peduli. 

Rumah Halima mengalami rusak berat setelah dilanda gempa pada 22 Maret 2024 lalu, tepatnya di Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang, Pulau Bawean. Saat gempa, usia kehamilannya sudah mencapai sekitar delapan bulan. Setelah gempa, ia pun terus dihantui rasa takut dan masih berada di pengungsian. 

Baca Juga

Pada Sabtu (13/4/2024) dini hari, tiba-tiba perut Halima mengalami kontraksi. Buah hatinya tampaknya sudah akan keluar. Suaminya, Rahmat Masudin pun segera memanggil bidan terdekat. Dengan dibantu bidan, proses persalinan pun berjalan lancar di dalam tenda pengungsian.

Awalnya Halima akan dibawa untuk melakukan persalinan di Poliklinik Desa (Polindes). Namun, karena tiba-tiba ada gempa susulan dan untuk menghindari dampak yang membahayakan, Halima akhirnya diantarkan kembali ke Huntara. Seorang bayi berjenis kelamin perempuan pun lahir dengan selamat. 

Manajer Kelembagaan NU Care-LAZISNU PBNU, Ending Syarifuddin yang berada di Pulau Bawean langsung mengunjungi bayi yang lahir di tenda pengungsian tersebut. 

Menurut Ending, pasangan suami istri ini sudah berada di tenda pengungsian sejak gempa melanda pada Maret 2024 lalu. Dia pun merasa prihatin atas warga Bawean yang melahirkan di pengungsian itu.

"Merasa terenyuh dan prihatin atas kondisi ibu yang melakukan persalinan di Huntara dengan fasilitas seadanya. Kita berdoa mudah-mudah ibu dan bayi tetap sehat," ujar Ending di Huntara 01, Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang, Pulau Bawean, Gresik, Ahad (14/4/2024). 

Ending mengatakan, pulau Bawean masih rawan Gempa susulan dan warga masih banyak yang membutuhkan bantuan Huntara. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga Sabtu (13/4/2024) pukul 06.00 WIB sudah terjadi 561 kali gempa di Bawean, dengan magnitudo yang fluktuatif. Magnitudo terkecil 2,5 dan paling besar 6,5.

"Mereka semua saat ini membutuhkan hunian sementara, karena rumah tinggalnya sudah tidak layak untuk ditempati, bahkan menurut saya sangat mengkhatirkan untuk ditempati oleh semua korban terdampak gempa Bawean," ucap Ending. 

Sampai saat ini, menurut Ending, relawan NU Peduli bersama Gusdurian Peduli dan Karina Surabaya masih terus bekerja membangun Huntara untuk warga terdampak. Tak lupa, relawan NU Peduli juga memberikan bantuan kepada para pengungsi, teemasuk kepada orang tua bayi yang baru melahirkan tersebut. 

"Berharapnya nanti namanya yang gak jauh-jauh dari Ramadhan dan gempa, tadi ada yang usul Siti Huntara Gempita Ramadhani. Alhamdulillah kondisi bayinya sehat wal afiat," kata Ending. 

Ketua LP Ma’arif NU Bawean, Ali Subhan juga turut gembira dengan lahirnya putri pertama dari pasangan tersebut. Menurut dia, bayi yang belum diberi nama itu lahir tepat pada pukul 04.10 Subuh. 

"Kemarin anggota keluarganya delapan (di tenda), sekarang anggota keluarga sembilan, dan bayi ini lahir di Huntara ini," ucap Ali. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement