Kamis 18 Apr 2024 11:46 WIB

Berkunjung ke Tempat Pengaderan dan Museum PKC

Cina berambisi menjadi kekuatan luar angkasa pada 2030.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Suasana Central Party School (CPS) yang berlokasi di Distrik Haidan, Beijing, Cina. CPS merupakan institusi pendidikan tinggi tempat pengaderan anggota Partai Komunis Cina (PKC).
Foto: Republika/Kamran Dikarma
Suasana Central Party School (CPS) yang berlokasi di Distrik Haidan, Beijing, Cina. CPS merupakan institusi pendidikan tinggi tempat pengaderan anggota Partai Komunis Cina (PKC).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pada Selasa (16/4/2024) lalu, saya dan para jurnalis yang sedang mengikuti program China International Press Center (CIPC) 2024, diajak berkunjung ke Central Party School (CPS) yang berlokasi di Distrik Haidan, Beijing. CPS merupakan institusi pendidikan tinggi tempat pengaderan anggota Partai Komunis Cina (PKC).

Kunjungan ke CPS memang merupakan agenda program CIPC. Lewat program yang sudah dilaksanakan sejak 2014 itu, Cina mengundang jurnalis dari berbagai negara untuk tinggal di negaranya selama empat bulan. Salah satu tujuan utama CIPC adalah agar para jurnalis bisa memperoleh pengetahuan dan pemahaman lebih mendalam tentang Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga

Program CIPC gelombang pertama tahun ini diikuti lebih dari 100 jurnalis dari 90-an negara. Ketika berkunjung ke CPS Beijing pada Selasa lalu, saya dan para jurnalis peserta CIPC diajak berkeliling kompleks kampus. Lingkungannya hijau karena dipenuhi pepohonan rindang.

Di depan gedung perkuliahan utama, berdiri patung Mao Zedong, yakni tokoh pendiri Republik Rakyat Cina. Di CPS juga terdapat patung Deng Xiaoping dan sejumlah tokoh PKC lainnya.

Selama berkeliling kampus, seorang pemandu menceritakan kepada kami tentang sejarah singkat berdirinya CPS. Cikal bakal lahirnya CPS adalah dari Sekolah Marxis-Komunis yang didirikan di Ruijin, Provinsi Jiangxi, pada Maret 1933.

Mao Zedong pernah memimpin institusi pendidikan tersebut pada Maret 1943-Maret 1947. Pada Maret 1949, Sekolah Marxis-Komunis, bersama dengan anggota Komite Sentral PKC, pindah ke Beijing. Pada Agustus 1955, sekolah tersebut berganti nama menjadi “Senior Party School” dan beroperasi di bawah Komite Sentral PKC.

Sejak saat itu pula sekolah itu dikenal dengan nama CPS. Di CPS, para kader PKC dibimbing untuk mendalami garis haluan, nilai-nilai, dan sejarah partai. Mereka akan turut terlibat dalam berbagai proyek penelitian dan konstruksi teori Marxis yang diselaraskan dengan kondisi Cina.

Karena salah satu tugas CPS adalah mencetak calon-calon pemimpin partai dan negara, para kader juga diajarkan tentang cara mengelola pemerintahan, mengatasi aksi protes, hingga menghadapi wawancara media dan tamu asing. Pemikiran Presiden Cina Xi Jinping kini menjadi inti kurikulum CPS.

photo
Suasana Central Party School (CPS) yang berlokasi di Distrik Haidan, Beijing, Cina. CPS merupakan institusi pendidikan tinggi tempat pengaderan anggota Partai Komunis Cina (PKC). - (Republika/Kamran Dikarma)

Pada Oktober 2017, PKC diketahui telah sepakat menambahkan nama dan pemikiran Xi Jinping ke dalam konstitusi negara. Xi menjadi pemimpin Cina kedua setelah Mao Zedong yang nama dan pemikirannya dimasukkan ke konstitusi ketika masih menjabat.

Xi sendiri pernah menjadi presiden CPS dari 2007 hingga 2012. Dalam kunjungan ke CPS pada 16 Maret 2024 lalu, para jurnalis peserta CIPC juga diberikan forum untuk berinteraksi dan mengajukan pertanyaan kepada pemimpin CPS saat ini, yakni Xie Chuntao.

Sebelum membuka ruang tanya jawab, Xie terlebih dulu memaparkan secara singkat tentang institusi yang kini dipimpinnya. “Hampir semua pejabat pemerintah (Cina) pernah bersekolah di sini (CPS),” ujarnya.

Dia mengungkapkan, PKC mempunyai sekolah atau institusi pengaderan dari level nasional hingga lokal. Xie, yang juga anggota Komite Sentral PKC, mengatakan bahwa saat ini negaranya menerapkan komunisme dengan karakteristik Cina.

Setelah memberi pemaparan selama lebih dari satu jam, Xie memberi kesempatan kepada para jurnalis peserta CIPC mengajukan pertanyaan. Isu yang ditanyakan beragam, mulai dari Taiwan hingga hubungan Cina dengan Barat, khususnya Amerika Serikat.

photo
Suasana Museum Partai Komunis Cina (PKC) di Beijing, Cina. Museum seluas 150 ribu meter persegi yang mulai beroperasi pada Juli 2021 ini menjadi tempat yang memberi pemaparan komprehensif tentang perjalanan PKC. - (Republika/Kamran Dikarma)

Seorang jurnalis dari kelompok Amerika Latin juga sempat menanyakan tentang isu kebebasan beragama di Cina kepada Xie. Merespons pertanyaan itu, Xie menekankan bahwa Cina menghormati kebebasan beragama. “Masyarakat boleh meyakini agamanya masing-masing. Di sini kebebasan beragama dilindungi hukum,” ujarnya.

Setelah tanya jawab sekitar satu jam, forum ditutup. Hal itu sekaligus mengakhiri rangkaian kegiatan kunjungan ke CPS. Untuk memberi gambaran lebih dalam tentang PKC dan kiprahnya, panitia CIPC kemudian mengajak para jurnalis berkunjung ke Museum PKC yang juga berlokasi di Beijing. Kunjungan ke museum tersebut dilaksanakan pada Rabu (17/4/2024).

Museum PKC, yang memiliki luas 150 ribu meter persegi, mulai beroperasi pada Juli 2021. Sesuai namanya, museum tersebut dimaksudkan menjadi tempat yang memberi pemaparan dan penjelasan komprehensif tentang perjalanan PKC; sejak ia berdiri hingga kini. Museum PKC mempunyai lebih dari 2.600 gambar dan 3.500 buah atau set pameran.

Di antara barang-barang tersebut terdapat manuskrip catatan Karl Marx dari Brussel. Ada pula berkas dengan tulisan tangan Mao Zedong. Museum PKC juga memiliki wahana simulator dengan layar 180 derajat.

photo
Suasana Museum Partai Komunis Cina (PKC) di Beijing, Cina. Museum seluas 150 ribu meter persegi yang mulai beroperasi pada Juli 2021 ini menjadi tempat yang memberi pemaparan komprehensif tentang perjalanan PKC. - (Republika/Kamran Dikarma)

Wahana itu akan menunjukkan pemandangan sejumlah kota besar di Cina. Selain itu, wahana turut memperlihatkan perkembangan pembangunan dan inovasi Negeri Tirai Bambu. Salah satu yang ditunjukkan adalah bagaimana Cina kini mampu menyejajarkan diri dengan Barat dalam hal eksplorasi antariksa.

Cina memang berambisi menjadi kekuatan luar angkasa pada 2030. Negeri Tirai Bambu telah berhasil mengirim pesawat antariksa (probe) untuk menjelajahi planet Mars. Ia pun menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat ruang angkasa di sisi jauh Bulan. 

Saat ini Cina merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Ia membuntuti Amerika Serikat yang masih berada di puncak.

photo
Suasana Museum Partai Komunis Cina (PKC) di Beijing, Cina. Museum seluas 150 ribu meter persegi yang mulai beroperasi pada Juli 2021 ini menjadi tempat yang memberi pemaparan komprehensif tentang perjalanan PKC. - (Republika/Kamran Dikarma)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement