REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kehidupan manusia memang tak bisa lepas dari gesekan antara satu sama lain. Sehingga menimbulkan semacam konflik, pertempuran hingga dendam. Jelas ini memunculkan kerusakan hubungan antarsesama manusia.
Lantas apa obatnya dalam Islam? Obat tak lain adalah memaafkan sesama manusia. Memaafkan adalah salah satu hal yang ditekankan dalam Islam. Lebih terang, Ibnu Malik dalam "Syarh Al Mashabih" menjelaskan bahwa "Memaafkan adalah memaafkan kesalahan dan meninggalkan akibat darinya."
Allah SWT berfirman:
وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Baqarah ayat 109)
Ayat tersebut menunjukkan sekaligus memerintahkan untuk menuju akhlak yang mulia dari yang baik ke yang lebih baik, dari keutamaan ke keutamaan yang lebih besar.
Allah SWT berfirman:
۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran ayat 133-134)
Karena itu, salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT adalah dengan memaafkan. Untuk mendapatkan pahala dari ketaatan tersebut, seorang Muslim harus memperbaiki niat dalam melakukannya, dan mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
Seorang Muslim juga harus mengetahui bahwa memaafkan itu memiliki dua sisi. Pertama adalah mendapatkan pahala yang besar. Kedua, memaafkan menjadi ganjalan atau beban. Dua aspek ini tergantung pada niat dan tujuannya.
Pada dasarnya, memaafkan memiliki keutamaan yang besar dalam Islam. Sehingga siapa yang memaafkan akan merasa tenang, dan siapa yang membalas dendam akan ragu dalam tindakannya, dan mungkin tergelincir.
Aisyah RA pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, lalu ia berkata, "Beliau bukanlah orang yang keji (dalam perkataan ataupun perbuatan), suka kekejian, suka berteriak di pasar-pasar atau membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan orang yang suka memaafkan." (HR Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang kuat bukan orang yang menang saat berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah." (Muttafaqun alaih)
Allah SWT berfirman, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (QS Al-A'raf ayat 199)
Sumber: