Kamis 18 Apr 2024 19:06 WIB

Perilaku 'Caper' di Medsos, Ini Ciri-ciri dan Penyebabnya

Ada banyak bentuk perilaku yang dilakukan untuk mencari perhatian.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Attention seeker (ilustrasi).
Foto: Dok. Freepik
Attention seeker (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perilaku mencari perhatian alias caper bisa muncul di mana saja, termasuk di media sosial. Perilaku yang bisa disebut sebagai attention seeker, bisa ditandai ketika orang kerap mencari perhatian secara berlebihan dan cenderung membuat yang lain tidak nyaman, jengkel, bahkan malu. 

Sejauh mana perilaku mencari perhatian ini masih dalam kategori wajar atau sudah perlu ditangani dengan cara yang lebih serius? Berikut ulasannya, seperti dilansir dari Verywell Mind, Rabu (17/4/2024).

Baca Juga

Apa itu perilaku attention seeker?

Sudah menjadi naluri manusia untuk ingin diperhatikan, dianggap serius, dan dicintai. Jadi dalam beberapa hal, perilaku mencari perhatian datang dari suatu hal yang sebagian besar orang bisa memahaminya. Masalahnya adalah ketika perilaku mencari perhatian dimotivasi oleh perasaan rendah diri, cemburu, kesepian, atau karena kondisi kejiwaan. 

Dalam kasus ini, perilakunya bisa terlihat ekstrem atau histeris. Selain itu, perilaku mencari perhatian yang sering terjadi, bersifat manipulatif, pasif-agresif, atau parah, dapat membuat orang menjauh, merenggangkan hubungan, hingga sulit bekerja dan bersosialisasi.

Seperti apa perilaku attention seeker?

Ada banyak bentuk perilaku mencari perhatian. Kadang-kadang suatu perilaku bersifat terang-terangan, seperti ketika seseorang melontarkan komentar yang konfrontatif. Terkadang perilakunya lebih halus, misalnya terus-menerus memancing pujian.

Contoh perilaku attention seeker

-Membuat unggahan secara berlebihan di media sosial, terkesan haus akan “like” dan komentar sebanyak-banyaknya.

-Memberikan komentar, baik secara daring maupun secara langsung, terkesan untuk membuat orang merasa tidak nyaman atau melampaui batas sosial.

-Terus menerus flexing tentang kekayaan materi, penampilan fisik, dan kesuksesan pribadi.

-Tampaknya bertindak seolah-olah segala sesuatu yang terjadi pada dirinya adalah bencana, padahal sebenarnya bukan.

-Terlibat dalam perilaku yang provokatif, promiscuous, atau eksibisionis.

-Tampak selalu ingin menjadi pusat perhatian.

-Sering membuat komentar yang mencela diri sendiri dalam upaya untuk divalidasi.

-Memiliki apa yang dapat digambarkan sebagai kepribadian yang “dramatis”.

Penyebab perilaku attention seeker

Ada beberapa alasan seseorang mungkin memiliki perilaku mencari perhatian. Alasan paling umum adalah karena mereka merasa rendah diri.

Keadaan emosional lain yang mungkin mengarah pada perilaku mencari perhatian adalah rasa kesepian dan cemburu. Misalnya, orang yang mengalami peningkatan kesepian dan kecemasan sosial mungkin beralih ke media sosial untuk mendapatkan validasi, dan akhirnya menunjukkan perilaku mencari perhatian dalam diri mereka. 

Apakah attention seeker normal?

Sekali lagi, sampai batas tertentu, orang menginginkan perhatian dan validasi. Penting untuk memahami bahwa beberapa perilaku mencari perhatian dapat dianggap sebagai kebutuhan validasi yang dapat dimengerti, atau seruan minta tolong.

Misalnya, sebagian besar perilaku mencari perhatian pada anak-anak, terutama anak kecil, tidak boleh dianggap tidak sehat atau manipulatif. Beberapa dari perilaku ini sesuai dengan perkembangannya, meski ada pula yang terkait dengan gangguan perilaku.

Perilaku attention seeker bagian dari penyakit mental?

Seseorang yang memiliki perilaku mencari perhatian yang terus-menerus, ekstrem, atau mengganggu mungkin mengalami gangguan kesehatan mental. Atau mungkin seseorang yang mengalami gangguan kepribadian. Beberapa kemungkinannya antara lain sebagai berikut.

1. Gangguan kepribadian histrionik

-Selalu mendambakan sorotan dan perlu menjadi pusat perhatian

-Membuat keputusan impulsif

-Terpaku pada penampilan fisik

-Kurang empati dan tidak menunjukkan kepedulian terhadap orang lain

-Murung dan emosional

-Menjadi tidak nyaman ketika perhatian dialihkan dari mereka

-Memiliki rentang perhatian yang pendek dan mudah bosan

-Membutuhkan stimulasi dan validasi yang konstan

-Mungkin tidak dapat mempertahankan hubungan yang bermakna

 2. Gangguan kepribadian ambang

-Murung dan merasa rendah diri

-Mungkin sulit bagi mereka untuk mengontrol perilakunya dan menjaga hubungan yang sehat

-Ketakutan kronis akan ditinggalkan, merasa seolah-olah semua orang -ingin mengejar mereka

-Hubungan yang tidak stabil

-Citra diri dan harga diri yang sangat rendah

-Perilaku impulsif dan destruktif, termasuk belanja berlebihan, perilaku seksual sembrono, dan berkendara tidak aman

-Menyakiti diri sendiri dan keinginan untuk bunuh diri

-Kemarahan hebat

3. Gangguan kesehatan mental lainnya

Ada beberapa gangguan perilaku dan kesehatan mental lain yang memiliki karakteristik perilaku mencari perhatian. Ini termasuk:

-Gangguan bipolar

-Gangguan kepribadian narsistik

-ADHD

-Gangguan pemberontak oposisi

-Gangguan ledakan intermiten

Mengatasi perilaku attention seeker

Mesku kita sering kali tidak suka, namun cobalah tunjukkan kasih sayang terhadap orang yang diduga mengalami gejala attention seeker. Ajak bicara dan beri dulungan. Sering kali dengan adanya seseorang yang peduli dalam hidupnya, sudah cukup untuk membuat orang tersebut merasa lebih baik dan mengurangi beberapa perilaku mencari perhatiannya.

Jika orang tersebut mengalami depresi, atau mungkin sedang berjuang dengan gangguan bipolar, segera cari bantuan profesional terkait psikologis. Terlebih jika mengetahui ada yang ingin mengakhiri hidup, bisa segera mengubungi kontak darurat. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement