REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu turut mengomentari performa penjualan kendaraan kuartal 1 2024 yang dipengaruhi adanya pelemahan ekonomi global.
“Industri otomotif kemungkinan besar termasuk yang terdampak pelemahan penjualan di kuartal satu 2024, akibat pelemahan ekonomi global dan pelemahan rupiah yang didapatkan sebelumnya, serta dampak yang ditimbulkan,” kata Yannes Martinus Pasaribu kepada ANTARA, Kamis (18/4/2024).
Dengan adanya faktor tersebut, menurut Yannes industri komponen juga terkena dampak yang menyebabkan berbagai perusahaan komponen memberikan revisi harga yang menjadi lebih tinggi.
Tidak hanya faktor perekonomian yang sedang tidak baik-baik saja, unsur politik yang baru berlangsung di Indonesia juga memengaruhi minat beli kendaraan baru para kuartal awal 2024.
“Tampaknya terjadi pelemahan ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik menjadi faktor dominan yang memengaruhi penjualan secara umum,” ujar dia.
Meski penjualan kendaraan sempat memiliki tren yang positif pada saat momen lebaran, Yannes menilai hal itu hanya menjadi penjualan momentum dan belum berhasil meningkatkan penjualan pada awal-awal tahun ini.
“Kenaikan penjualan sebanyak 6 persen pada Maret dibandingkan Februari, adanya kemungkinan didorong oleh faktor musiman seperti persiapan mudik Lebaran,” jelas dia.
“Penurunan yang kembali terjadi di Maret sebanyak 26,21 persen memungkinkan bahwa kebangkitan dari COVID-19 masih belum terjadi,” tambah dia.
Catatan yang dibagikan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), periode Januari sampai Maret segmen Wholesales (dari pabrik ke diler) tercatat sebanyak 215.069 unit turun sebanyak 23,9 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 282.601.
Penjualan retail (dari diler ke konsumen) turut mengimbangi performa Wholesales yang hanya berhasil mencapai 230.778 unit pada tahun ini atau turun 15 persen dari yang sebelumnya mencapai 271.423 unit.