REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Jawa Barat, mencatat sebanyak 2.172 orang dari berbagai daerah sudah melakukan pendakian di gunung tersebut melalui lima jalur resmi pada tanggal 12–17 April 2024 atau saat libur Lebaran.
"Sejak libur Lebaran, lima jalur di Gunung Ciremai mulai dikunjungi pendaki dari berbagai daerah," kata Kepala Balai TNGC Maman Surahman di Kuningan, Jawa Barat, kemarin.
Ia menyebutkan, seluruh pendaki telah teregistrasi dalam data booking di laman resmi TNGC, sehingga mereka bisa melakukan perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Ciremai dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Maman menuturkan selama periode itu, Jalur Apuy di Majalengka menjadi rute favorit. Karena kondisi medannya cukup mudah dilewati bagi pendaki pemula serta memiliki waktu tempuh yang relatif singkat.
Tidak hanya Apuy, kata dia, sebagian besar pendaki terpantau menjajal trek di Palutungan serta Jalur Trisakti Sadarehe dengan karakteristik medan yang cukup menantang adrenalin. "Jumlah pendaki yang naik lewat Apuy tercatat ada 880 orang, disusul Palutungan sekitar 705 orang serta Sadarehe jumlahnya 543 orang," ujarnya.
Balai TNGC juga telah mengintensifkan upaya mitigasi untuk menjamin keamanan serta keselamatan para pendaki. Misalnya dengan menerapkan sistem registrasi yang ketat.
Selain itu, Maman menekankan pemeriksaan menyeluruh terhadap pendaki pun diberlakukan sebelum mereka pergi ke Gunung Ciremai. "Di setiap rute kita pasang papan petunjuk sebagai bahan informasi penting bagi pendaki, seperti jarak tempuh dan estimasi waktu pendakian dari setiap pos," katanya.
Ia menjelaskan, sejak tanggal 11 April 2024, seluruh jalur pendakian resmi di Gunung Ciremai telah dibuka kembali pascapenutupan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan serta pemulihan ekosistem secara alami. Saat penutupan berlangsung, layanan booking pendakian Gunung Ciremai secara daring tetap tersedia. Setelah dibuka, orang yang sudah booking bisa mendaki mulai tanggal 12 April.
Menurutnya, penutupan jalur ini merupakan strategi yang efektif dalam merawat keanekaragaman hayati, serta mengembalikan keasrian alam pada gunung tertinggi di Jawa Barat itu. "Penutupan aktivitas pendakian ini juga untuk menghormati nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat setempat yang saat itu melaksanakan ibadah puasa di Ramadhan 1445 Hijriah," ucap dia.