Sabtu 20 Apr 2024 04:54 WIB

Bangun untuk Sholat Subuh Terbukti Punya Manfaat Kesehatan, Apa Itu?

Penelitian bereksperimen dengan pengurangan waktu tidur untuk sembuhkan depresi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Sholat Subuh (ilustrasi). Terjaga sebelum terbitnya fajar untuk melaksanakan ibadah sholat Subuh terbukti memiliki manfaat baik bagi kesehatan.
Foto: republika
Sholat Subuh (ilustrasi). Terjaga sebelum terbitnya fajar untuk melaksanakan ibadah sholat Subuh terbukti memiliki manfaat baik bagi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terjaga sebelum terbitnya fajar untuk melaksanakan ibadah sholat Subuh terbukti memiliki manfaat baik bagi kesehatan. Beberapa penelitian telah bereksperimen dengan pengurangan waktu tidur untuk menyembuhkan pengidap depresi.  

Dikutip dari laman About Islam, Jumat (19/4/2024), ulasan yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry menunjukkan peningkatan kondisi sebesar 30 persen pada 60 persen pengidap depresi. Orang yang kerap tertekan pada pagi hari mendapat manfaat paling banyak dari pengurangan tidur pada malam hari.

Baca Juga

Namun, bukan berarti seseorang harus terjaga sepanjang malam. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa salah satu alasan perbaikan kondisi itu berkaitan dengan hormon perangsang tiroid (TSH) yang membantu mengontrol metabolisme dan tingkat energi. Secara umum, tidur menghambat hormon TSH. Sementara, diperkirakan 25 persen hingga 35 persen pasien depresi memiliki kadar TSH yang rendah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa meskipun tidur menghambat pelepasan TSH, tetap terjaga sepanjang malam dan dini hari meningkatkan pelepasan TSH.  

Penelitian ilmiah ini sesuai dengan kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang tidur sesaat setelah sholat Isya (lebih awal dari tidur kebanyakan orang saat ini), kemudian bangun awal di pagi hari untuk sholat Subuh. Nabi juga terbangun di tengah malam untuk menjalankan sholat Tahajud.

Di Eropa, pasien depresi mendapat terapi berupa tidur lebih awal selama sepekan, bangun di tengah malam, kemudian kembali ke jadwal tidur "normal" dengan bangun sedikit lebih lambat setiap pagi. Namun, waktu terjaga itu tidak lebih dari matahari terbit.

Sebagian orang mungkin bertanya-tanya, bagaimana kurang tidur justru bisa memperbaiki kesehatan. Menurut para peneliti, sering kali masalah tidur terjadi berkaitan dengan rendahnya kualitas tidur, bukan kurangnya waktu tidur.

Hal-hal yang dapat dilakukan seseorang untuk meningkatkan kualitas tidur seperti makan setidaknya dua jam sebelum tidur, mengubah kebiasaan makan yang lebih sehat, memeriksakan diri ke dokter tentang kemungkinan apnea tidur. Cara lain adalah tidur miring, menghindari alkohol dan obat penenang, menurunkan berat badan, dan memakai kasur yang nyaman.

Bagaimana seseorang bisa tahu berapa banyak waktu tidur yang dibutuhkan? Banyak orang secara naluriah merasakan apa yang tepat bagi mereka. Kebutuhan tidur juga bervariasi tergantung peristiwa kehidupan. Selama perjalanan, ada trauma pribadi, atau penyakit, kebutuhan tidur dapat meningkat.

Penulis beberapa buku tentang diet, John McDougal, mengatakan dalam bukunya The Quick McDougal Cookbook bahwa orang sehat biasanya hanya membutuhkan lima sampai tujuh jam tidur malam. Menurut ilmu kedokteran, jika seseorang secara intens butuh tidur lebih dari delapan jam, artinya ada masalah pola makan yang perlu diatasi.

Namun, mengurangi waktu tidur dan terjaga untuk sholat bukan berarti begadang sepanjang malam selama berhari-hari. Rasulullah SAW pun menentang tindakan kurang tidur yang ekstrem dan mengatakan kepada orang-orang untuk mengatur kebiasaan tidur dengan baik.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement