Sabtu 20 Apr 2024 06:10 WIB

Pertamina: tak Ada Ketergantungan BBM dari Timur Tengah

Suplai BBM terus dijaga di level stok untuk 20 hari.

PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi memastikan sarana dan fasilitas (sarfas) pelayanan kepada konsumen seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Agen Minyak Tanah dalam kondisi yang aman.
Foto: Pertamina
PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi memastikan sarana dan fasilitas (sarfas) pelayanan kepada konsumen seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Agen Minyak Tanah dalam kondisi yang aman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Patra Niaga menyatakan bahwa untuk saat ini relatif tidak ada ketergantungan dengan bahan bakar minyak (BBM) dari Timur Tengah.

Hal itu ditegaskan ketika dikonfirmasi terkait adanya potensi gangguan suplai atau ketersediaan BBM menyusul meningkatnya konflik di Timur Tengah.

Baca Juga

“Saat ini relatif tidak ada ketergantungan BBM dari Timur Tengah,” ujar Manager Media and Stakeholder Management PT Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari ketika ditemui di Kantor BPH Migas, Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Heppy mengatakan bahwa suplai BBM terus dijaga di level 20 hari dan telah diamankan dari produksi kilang dan kargo dari kawasan Asia.

“Pertamina Patra Niaga mengatur stok BBM di level yang optimum untuk mengantisipasi potensi disrupsi suplai,” kata dia.

Dalam kesempatan tersebut, Heppy menegaskan komitmen Pertamina untuk menjaga pasokan BBM dan LPG nasional. Selain itu, Pertamina juga berkomitmen untuk menyalurkan LPG dan BBM sesuai kebutuhan masyarakat guna mendukung kegiatan ekonomi dan konsumsi dalam negeri.

“Terkait harga BBM dan LPG, Pertamina Patra Niaga juga berkomitmen mendukung kebijakan dan upaya pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih stabil dan kondusif,” kata Heppy.

Terkait risiko kenaikan biaya akibat pelemahan nilai tukar, Pertamina melakukan sejumlah mitigasi seperti "hedging" nilai valuta asing, efisiensi biaya distribusi serta mencari sumber LPG dan BBM yang paling optimum.

“Dinamika harga yang fluktuatif ini telah dimitigasi agar tidak mengganggu operasional perusahaan,” kata Heppy.

Pada Sabtu malam (13/4) lalu, Korps Garda Revolusi Islam Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel dalam serangan langsung pertamanya di wilayah Israel.

Serangan itu terjadi sebagai respons atas serangan udara mematikan Israel terhadap konsulat Iran di ibu kota Suriah pada awal April.

Pada Jumat (19/4), Israel melancarkan serangan udara terhadap Iran sebagai tanggapan atas serangan rudal dan drone Teheran pada akhir pekan, menurut laporan sejumlah media Iran.

Ledakan tersebut dilaporkan terjadi di dekat Kota Isfahan.

Sistem pertahanan udara Iran merespons serangan sejumlah drone yang dilakukan di sejumlah provinsi di negara tersebut.

sumber : ANTARA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement