Sabtu 20 Apr 2024 16:59 WIB

Pengamat: Kecil Kemungkinan IHSG Turun di Bawah 7.000 Akibat Konflik Geopolitik

Selain saham, umumnya yang terdampak ekskalasi geopolitik adalah obligasi

Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/4/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.087 melemah 79,49 poin atau minus 1,11 persen dari perdagangan sebelumnya. Pelemahan IHSG terjadi usai Israel membalas serangan Iran. Ketegangan Iran dengan Israel yang semakin memanas tersebut menimbulkan sintimen negatif terhadap pasar modal Tanah Air.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/4/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.087 melemah 79,49 poin atau minus 1,11 persen dari perdagangan sebelumnya. Pelemahan IHSG terjadi usai Israel membalas serangan Iran. Ketegangan Iran dengan Israel yang semakin memanas tersebut menimbulkan sintimen negatif terhadap pasar modal Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Pengamat pasar modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy mengatakan kecil kemungkinan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga di bawah level 7.000 akibat sentimen negatif pasar terhadap konflik geopolitik di Timur Tengah.

“Saya pikir IHSG di level 7.050 hingga 7.100 adalah hal yang wajar, walaupun angkanya rendah, dan kecil kemungkinan akan turun di bawah 7.000,” kata Budi Frensidy di Jakarta, Jumat 

Terkait imbas konflik Iran-Israel terhadap transaksi saham, ia menuturkan kelompok saham yang paling terdampak adalah saham dari emiten yang memiliki bobot produk ekspor maupun impor serta nilai utang dalam dolar AS yang besar.

Sementara kelompok saham yang dijual oleh emiten yang bahan baku dan pasar utama produk-produknya berada di dalam negeri serta tidak punya atau hanya memiliki sedikit utang dalam Rupiah tidak terdampak signifikan.

Selain saham, ia menyampaikan bahwa konflik Iran-Israel juga memengaruhi produk pasar modal lainnya, yakni obligasi.

“Obligasi ikut tertekan dengan terjadinya capital outflow (aliran modal keluar) karena Rupiah yang melemah,” ucap Budi.

Ia menuturkan bahwa rupiah yang melemah membuat yield yang diminta investor naik sehingga harga pasar obligasi menurun.

Ia pun menyarankan para investor untuk selektif dalam membeli dan menjual produk pasar modal karena volatilitas sedang tinggi.

“Selalu pegang minimal 30 persen (dari produk investasi yang dimiliki) sebagai cash on hand,” ujar Budi.

Konflik terbaru antara Iran dan Israel dipicu oleh serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan ratusan rudal balistik dan pesawat tanpa awak (drone) ke Israel pada 13 April 2024.

Pada Jumat (19/4/2024) dini hari waktu setempat, Israel meluncurkan rudal yang diduga menyasar pangkalan udara dekat Kota Isfahan, Iran.

Sementara itu, dalam penutupan perdagangan Jumat (19/4) sore, IHSG ditutup melemah 79,49 poin atau 1,11 persen ke posisi 7.087,31. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 15,20 poin atau 1,62 persen ke posisi 920,31.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement