Senin 22 Apr 2024 19:55 WIB

Setiap Wanita Berisiko Kanker Serviks, Tes HPV Bagus Ketimbang Pap Smear?

Kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara.

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Perangkat canggih untuk skrining kanker serviks. Kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara.
Foto: dok Pyridam Farma
Perangkat canggih untuk skrining kanker serviks. Kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 36.633 kasus atau 17,2 persen dari seluruh kanker pada wanita di Indonesia. Hal itu berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021.

Jumlah tersebut memiliki angka mortalitas yang tinggi sebanyak 21.003 kematian atau 19,1 persen dari seluruh kematian akibat kanker. Jika dibandingkan angka kejadian kanker serviks di Indonesia pada 2008, terjadi peningkatan dua kali lipat.

Baca Juga

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Onkologi Ginekolog RS Pondok Indah (RSPI) – Pondok Indah, Dr dr Fitriyadi Kusuma, SpOG, Subsp. Onk, mengatakan sebanyak 93 persen pasien merasakan gejala yang baru timbul saat sudah stadium 3B. Fenomena ini, kata dr Fitriyadi, tentu cukup ironi karena kanker tersebut dapat dicegah.

"Awalnya bisa gejala keputihan, hilang, lalu keputihan gak sembuh-sembuh.  Makannya di Indonesia pasien datang udah stadium 3," kata dr Fitriyadi dalam acara bersama RSPI di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining rutin sejak dini. Saat ini juga sudah ada program vaksinasi dari mulai usia 15 tahun.

Dokter Fitriyadi mengungkapkan saat ini tes HPV lebih direkomendasikan karena kanker serviks disebabkan oleh 99,7 persen virus human papiloma atau HPV. Meski masih bisa dicegah melalui deteksi dini dengan skrining pap smear atau Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).

"Setiap wanita yang sudah menikah lebih dari satu tahun lebih baik skrining, karena HPV timbul akibat kelainan sel setelah inkubasi sembilan bulan. Pap smear dua tahun, tapi kalau HPV segera setelah kontak seksual," kata dia.

Untuk pap smear, biaya cukup mahal, kendati di beberapa negara sudah menjadi bagian dari skrining nasional. Sementara tes HPV, kata dia, menjadi skiring yang paling utama, bukan lagi pap smear.

Tes HPV awalnya seharga Rp 1,5 juta, tapi bisa lebih murah dengan adanya rencana program nasional pemerintah menjadi Rp 120 ribu sampai Rp 180 ribu. Untuk IVA tetap digunakan di puskesmas karena biaya murah. 

Penyebab dari kanker serviks adalah HPV, bisa ditularkan melalui kontak seksual. Penularan lewat kontak fisik, seperti memegang benda yang sama pernah ada penelitiannya, tapi kemungkinan itu sangat kecil.

Beberapa jenis HPV dapat....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement