Selasa 23 Apr 2024 09:28 WIB

Studi: Generasi Muda Muslim Jerman Dukung Pembentukan Kekhalifahan Islam

Isu Islam di Eropa memang kian meningkat akhir-akhir ini.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ani Nursalikah
 Bendera nasional Jerman berkibar di atas sebuah sirkus kecil di Frankfurt, Jerman, saat matahari terbit pada Selasa, 30 Maret 2021.
Foto: AP/Michael Probst
Bendera nasional Jerman berkibar di atas sebuah sirkus kecil di Frankfurt, Jerman, saat matahari terbit pada Selasa, 30 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah penelitian dari Institut Penelitian Kriminolog di Lower Saxon (KFN) menemukan hampir separuh generasi muda Muslim di Jerman mendukung pembentukan kekhalifahan Islam. Dan lebih dari sepertiganya meyakini ada tindakan keras terhadap orang-orang yang menghina Allah atau Nabi Muhammad.

Dilansir dari The National Pulse, Selasa (23/4/2024), disebutkan penelitian terhadap siswa kelas sembilan tersebut menemukan sebanyak 45,8 persen menyatakan lebih memilih teokrasi Islam dalam sistem pemerintahan, menurut laporan surat kabar Bild. Selain itu, 67,8 persen menyatakan keyakinannya bahwa prinsip-prinsip Alquran lebih baik diutamakan daripada hukum Jerman.

Baca Juga

Sementara lebih dari sepertiganya, yakni 35,3 persen menyatakan paham kekerasan terhadap mereka yang menghina Allah atau Muhammad. Selain itu, 21,2 persen generasi muda Muslim yang disurvei menyatakan pembenaran atas kekerasan sebagai upaya membela diri terhadap ancaman yang dirasakan dari dunia Barat terhadap Islam.

Temuan ini muncul di tengah meningkatnya serangan anti-Semit dan meningkatnya ancaman teror di Eropa setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Sehingga pemerintahan koalisi liberal pimpinan Kanselir Olaf Scholz mengakui perlunya reformasi imigrasi.

Pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan peningkatan langkah-langkah untuk mengekang imigran ilegal, mengintensifkan deportasi, dan mengurangi tunjangan kesejahteraan bagi para pencari suaka. Meskipun terdapat tantangan-tantangan ini, Berlin terus mendukung liberalisasi prosedur kewarganegaraan Jerman dan menurunkan standar ketenagakerjaan untuk menarik lebih banyak imigran.

Langkah ini konsisten dengan kebijakan perbatasan terbuka yang diprakarsai oleh mantan Kanselir Angela Merkel dan dipertahankan di bawah pemerintahan Kanselir Scholz yang telah mengubah demografi negara tersebut selama 20 tahun terakhir. Pada 2021, individu dengan latar belakang migrasi, mereka yang berimigrasi atau orang tua yang pernah lahir di luar negeri telah mewakili lebih dari seperempat populasi Jerman.

Jumlah mereka mencapai rekor tertinggi, yaitu 22,3 juta jiwa. Negara-negara Eropa lainnya dengan jumlah warga Muslim yang tinggi juga serupa. Sebuah penelitian baru-baru ini di Inggris menemukan hampir separuh Muslim Inggris bersimpati dengan Hamas.

Isu Islam di Eropa memang kian meningkat akhir-akhir ini terutama setelah ketegangan di Timut Tengah terkait Palestina. Masyarakat dunia banyak yang mendukung kemerdekaan Palestina. Selan itu, sejumlah penelitian dan pemberitaan menyebutkan populasi Islam di negara-negara Barat kian diminati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement