Selasa 23 Apr 2024 20:18 WIB

Muadz Bin Jabal Seorang Hakim dan Pemimpin Para Ulama di Akhirat  

Muadz bin Jabal telah diakui sebagai tokoh dari kalangan Madinah.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Sahabat Nabi, Muadz bin Jabal  (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Sahabat Nabi, Muadz bin Jabal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Mu'adz bin Jabal bin Amr bin Aus Al-Anshari Al-Khazraji adalah seorang anak muda yang rupawan dan memiliki tutur bahasa yang indah dan menarik. Meskipun masih muda, Mu’adz telah diakui sebagai tokoh dari kalangan Madinah.  

Setelah memeluk Islam, hukum-hukum Islam dengan cepat dapat diterima dan diyakini Mu’adz sepenuh hatinya. Setelah ia dekat dengan Nabi SAW, tampaklah kelebihan yang dimiliki Muadz bin Jabal ahli dalam hukum dan fiqih yang diajarkan Nabi saw.

Baca Juga

Dikutip dari buku “Muadz bin Jabal: Cendekiawan Muslim yang Menguasai Ilmu Fiqih serta Paling Tahu tentang Halal dan Haram” oleh Astry Islam, Mu’adz bin Jabal adalah seorang muslim yang tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai pejuang Islam, ia siap menerima hal yang bagaimana pun peliknya asal demi syiar Islam. 

Rasulullah merasa senang dan bahagia memiliki sahabat seperti Mu’adz. Penguasaannya akan ilmu agama, membuat Rasulullah bersabda: "Yang lebih mengerti di antara umatku tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal."

Pengakuan Nabi mengenai luasnya pengetahuan yang dimiliki Muadz bin Jabal menandakan suatu kelebihan dari pemuda tampan dan saleh tersebut. Nabi tidak mungkin bicara demikian jika Muadz bin Jabal pengetahuannya setara dengan sahabatnya yang lain. Hal ini terjadi sebelum banyaknya para sahabat lainnya yang menjadi pengikut setia Nabi.

Pendapat Sahabat tentang Mu'adz

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar ra. ada beberapa cerita yang berhubungan dengan kehidupan Muadz bin Jabal. Kisah ini diterangkan oleh A'idzullah bin Abdillah.

Suatu hari Khalifah Umar ra. bersama beberapa orang sahabat masuk ke dalam masjid. "Maka duduklah saya pada suatu majelis yang dihadiri tiga puluh orang lebih. Masing-masing mengatakan sebuah hadits yang diterima dari Rasulullah Saw. Pada lingkaran (halaqah) tampaklah seorang pemuda tampan, wajahnya berseri dengan senyum yang menarik hati. Kulitnya hitam manis, bersih, manis tutur katanya, dan termuda di antara yang hadir di situ. Kalau di antara mereka terdapat keraguan mengenai hadits yang dibacakan tersebut langsung mereka tanyakan kepada pemuda itu. Dengan segera ia akan memberikan jawaban sebagai fatwanya. Penerangannya menarik hati serta memukau pada pendengar termasuk Umar sendiri.

Akan tetapi, ia tidak akan bicara kecuali diminta. Sifatnya pendiam, lebih banyak memperhatikan daripada bicara. Tatkala pertemuan tersebut berakhir, saya dekati dia dan saya tanyakan namanya. Ia menjawab dengan ramah, 'Saya adalah Muadz bin Jabal.' Mendengar penjelasan itu saya langsung menaruh hormat kepadanya, ujar A'idzu bin Abdillah."

Lain lagi dengan cerita yang diterangkan oleh Abu Muslim al-Khaulani. "Saya masuk ke masjid Hamzah kiranya saya dapati segolongan orang tua sedang duduk. Di tengah-tengah mereka terlihat seorang anak muda yang tampan. Giginya berkilat karena bersih. Ia hanya diam tidak membuka suara, tetapi jika orang-orang yang mengelilingi tersebut merasa ragu akan masalah yang tengah dihadapinya akan langsung menanyakan kepadanya. Dengan spontan pemuda tampan itu akan menerangkan atau menjawab yang mereka kemukakan kepadanya. Dengan rasa penasaran aku tanyakan kepada kawan karibku, siapakah dia sebenarnya. "Itulah dia Muadz bin Jabal," jawab sahabatku.

Sejak saat itu timbullah perasaan sayang dan suka kepadanya. Pemuda yang saleh serta berpengetahuan luas patut dihormati, pikirku."

Ada lagi cerita dari Shahar bin Hansyab. Beginilah ceritanya:

"Bila para sahabat berbicara, sedangkan di antara mereka hadir Muadz bin Jabal, tentulah mereka akan sama meminta pendapatnya karena pribadinya yang agung!” Bahkan, Amirul Mukminin sendiri Umar RA sering meminta pendapat maupun saran dari Muadz bin Jabal.

Pernah pada suatu hari Umar RA menghadapi masalah hukum yang cukup berat. Untung ada Muadz bin Jabal maka masalahnya dapat diselesaikan. Umar berkata kepada para sahabat yang lain mengenai kejadian tersebut, "Kalau tidak ada Muadz bin Jabal, celakalah Umar!"

Di sini bukti menunjukkan bahwa ucapan dan jawaban Muadz bin Jabal selalu memuaskan pendengarnya walaupun ia musuh sekalipun. Penerangannya yang diucapkan Muadz bin Jabal mengalir tenang akan tetapi mampu memporak-porandakan musuh (lawan) yang bersalah. Para pendengar akan merasa puas jika mendengar ucapannya.

la seorang pemuda pendiam akan tetapi kalau sudah buka suara maka dari mulutnya keluar butiran-butiran hikmat yang indah bagaikan untaian permata. Cahaya keimanan terpancar dari kalimat demi kalimat yang diucapkannya.

Mu’adz menjadi Hakim di Yaman

Dikutip dari buku Alqur'an dan Sunnah Berbicara tentang Kekuasaan oleh Dr Thaha Ahmad Az Zaidi, Rasulullah SAW mengirimkan para hakim ke berbagai kota dan wilayah kekuasaan Islam. Beliau mengirim Mu’adz bin Jabal sebagai hakim ke Yaman.

Pada waktu beliau mengirim Mu’adz menjadi hakim ke Kota Yaman, Rasulullah sempat bertanya, “Bagaimana kamu harus memutuskan perkara?" Ia menjawab, "Aku akan memutuskan berdasarkan keterangan dalam Kitabullah." Beliau bertanya lagi, “Apabila tiada keterangan dalam Kitabullah?" Ia menjawab, “Maka berdasarkan sunnah Nabi.” Rasulullah bertanya lebih lanjut, "Apabila tidak ada keterangan dalam sunnah Nabi?" Ia menjawab, “Aku akan berijtihad dengan pemikiranku.” Rasulullah lalu berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusan Rasulullah terhadap apa yang disetujui Rasulullah!”

Itulah keistimewaan Mu'adz bin Jabal karena dianggap memiliki otoritas keilmuan. Hingga Rasulullah pun bersabda: "Mu'adz bin Jabal adalah pemimpin para ulama di hari kiamat."

Pengakuan otoritas keilmuan Mu'adz bin Jabal juga datang dari Umar bin Khattab. Sebelum wafat, beliau pernah ditanya seputar siapa yang akan menggantikannya sebagai Khalifah. Beliau menjawab: "Seandainya Mu'adz bin Jabal masih hidup maka aku akan mengangkatnya sebagai khalifah. Jika aku telah menghadap Allah dan ditanya alasan mengangkat Mu'adz sebagai pemimpin umat Muhammad, maka aku akan jawab: bahwa aku telah mendengar langsung sabda Rasulullah yang mengatakan Mu'adz bin Jabal adalah pemimpin para ulama di hari kiamat.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement