Selasa 23 Apr 2024 21:06 WIB

Irlandia: Israel Sengaja Lemahkan UNRWA

Karena fitnah Israel, 18 negara donor UNRWA hentikan bantuannya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pengungsi Palestina menerima makanan yang disediakan oleh relawan di kota Deir Al Balah, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (24/2/2024). Sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi di Gaza akibat konflik berkepanjangan. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan sebagian besar warga sipil di Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pengungsi Palestina menerima makanan yang disediakan oleh relawan di kota Deir Al Balah, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (24/2/2024). Sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi di Gaza akibat konflik berkepanjangan. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan sebagian besar warga sipil di Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Menteri Luar Negeri dan Deputi Perdana Menteri Irlandia Michael Martin mengatakan Israel sengaja melemahkan badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA). Sebagai upaya menghilangkan hak pengungsi Palestina untuk pulang.

Dikutip dari Aljazirah, Selasa (23/4/2024) stasiun televisi Irlandia, RTE melaporkan Martin mengatakan dengan mencoba "menghapus UNRWA", Israel berharap untuk "menghapus hak dasar" pengungsi Palestina untuk kembali. UNRWA mengakui jutaan pengungsi Palestina memiliki hak untuk akhirnya kembali ke tanah air mereka yang diduduki Israel. Sesuai dengan Resolusi 194 PBB.

Baca Juga

Martin yang sedang berada di Mesir dan akan berkunjung ke perbatasan Gaza di Rafah mengatakan keputusan Irlandia meningkatkan pendanaan ke UNRWA kini tervalidasi. Peninjauan independen untuk PBB tidak menemukan bukti klaim Israel sejumlah staf UNRWA anggota kelompok "teroris."

"Kami mengambil pandangan yang bertolak belakang dengan sebagian besar negara, kami sebenarnya meningkatkan bantuan kami saat itu, dan sekarang saya berharap dengan dipublikasinya laporan ini mendorong sejumlah negara yang menangguhkan dukungan kini memberikan kembali dukungan mereka," kata Martin seperti dikutip dari Aljazirah.

Sebelumnya dilaporkan hasil peninjauan independen untuk PBB menemukan Israel tidak memiliki bukti kredibel untuk mendukung klaimnya staf UNRWAanggota kelompok "teroris." Peninjauan independen itu dipimpin mantan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna.

Tuduhan Israel mendorong banyak pendonor menghentikan donasinya ke UNRWA. Sehingga lembaga yang menjadi tulang punggung distribusi bantuan ke rakyat Palestina kekurangan anggaran.

Kantor Pengawasan Lembaga PBB juga melakukan peninjauan independen terhadap UNRWA dan penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober lalu. Selain dipimpin Colonna peninjauan independen juga didukung tiga institut penelitian negara Nordik.

Hasil peninjauan menemukan Israel gagal membuktikan staf UNRWA anggota sayap militer Hamas atau Islam Jihad. Pada bulan Januari lalu Israel memfitnah staf UNRWA terlibat dalam serangan mendadak 7 Oktober 2023.

Aljazirah melaporkan dalam dokumen setebal enam halaman intelijen Israel memberikan sejumlah tuduhan tanpa bukti pada UNRWA. Termasuk Hamas menggunakan fasilitas lembaga itu dalam serangan 7 Oktober. Israel juga menuduh 12 staf UNRWA berpartisipasi dalam serangan tersebut sementara 190 lainnya memberi dukungan intelijen dan logistik.

Pada Maret lalu, militer Israel mengklaim memiliki bukti empat staf UNRWA juga terlibat dalam serangan tersebut. Namun laporan Colonna mencatat Israel tidak mengungkapkan kekhawatiran mengenai proses pemeriksaan pegawai UNRWA sejak 2011.

Keluhan pertama diajukan pada Januari 2024. Lembaga penelitian Nordik mengeluarkan laporan yang lebih detail. "Pihak berwenang Israel belum memberikan bukti yang mendukung atau merespon surat dari UNRWA pada bulan Maret dan surat bulan April, yang meminta nama-nama dan bukti-bukti yang membuat UNRWA membuka penyelidikan," kata lembaga-lembaga penelitian Nordik dalam laporan mereka.

Lembaga-lembaga itu adalah Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law dari Swedia, Chr Michelsen Institute dari Norwegia, dan Institute for Human Rights dari Denmark. Hanya berdasarkan fitnah Israel sebanyak 18 negara donor UNRWA termasuk pendonor terbesar, Amerika Serikat (AS) menghentikan pendanaan mereka ke lembaga itu.

Meski sejumlah negara seperti Inggris menunggu hasil peninjauan Colonna beberapa negara lain termasuk Uni Eropa sudah kembali menyalurkan dana mereka. Hanya Austria, Jerman, Italia, Belanda, Inggris dan AS yang masih belum menyalurkan kembali pendanaan mereka. AS masih akan terus menahan pendanaannya sampai Maret 2025 meski pada bulan Februari lalu badan intelijennya sendiri mengatakan "keyakinan" mereka pada tuduhan Israel rendah.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi "penting tuduhan terhadap UNRWA diselidiki menyeluruh" walaupun larangan untuk mendanai lembaga itu sudah diimplementasikan sebelum penyelidikan dilakukan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan "terkejut" dengan tuduhan Israel dan mengeksplorasi cara lain untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza. Jerman sekutu terdekat Israel mengkonfirmasi sudah kembali menyalurkan dana untuk aktivitas UNRWA di semua wilayah kecuali Gaza.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement