Selasa 23 Apr 2024 20:29 WIB

Muslim Penyusup di Mata PM India Narendra Modi dan Ambisi Kembali Berkuasa 

Kebencian terhadap Muslim dijadikan komoditas politik di India

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Perdana Menteri India Narendra Modi berpidato menyerang umat Islam.
Foto: Gianluigi Guercia/Pool via AP
Perdana Menteri India Narendra Modi berpidato menyerang umat Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Perdana Menteri India, Narendra Modi mendapat kecaman karena menggunakan kata-kata anti-Muslim dalam pidato pada Ahad (21/4/2024). Hal itu dilakukannya saat berkampanye dalam pemilihan umum negara yang sedang berlangsung. 

Berbicara kepada kerumunan besar di sebuah rapat umum di negara bagian barat Rajasthan, pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) membuat pernyataan kontroversial yang menggambarkan Muslim sebagai penyusup. 

Baca Juga

Modi mengatakan, jika partai oposisi utama, Kongres Nasional India, terpilih untuk berkuasa pada akhir Pemilu yang berlangsung beberapa pekan ini, mereka akan mendistribusikan kekayaan secara tidak adil.

“Ketika mereka berkuasa, mereka mengatakan umat Islam memiliki hak pertama atas sumber daya. Mereka akan mengumpulkan semua kekayaan Anda dan membagikannya kepada mereka yang memiliki lebih banyak anak,” kata Modi kepada kerumunan pendukung, dilansir dari Time, Selasa (23/4/2024).

“Apakah menurut Anda uang hasil jerih payah Anda harus diberikan kepada penyusup? Maukah kamu menerima ini?" katanya tentang populasi Muslim India, yang terdiri dari sekitar 230 juta orang.

Pernyataan tersebut tampaknya merujuk pada kiasan berbahaya yang menuduh Muslim menggusur umat Hindu dengan membangun keluarga besar. Komentar itu telah dikritik secara luas oleh para pemimpin oposisi dan tokoh-tokoh Muslim terkemuka dan memicu kemarahan di seluruh dunia. 

Pejabat pemungutan suara lokal mengkonfirmasi kepada Aljazirah, bahwa mereka telah menerima dua pengaduan yang menyerukan penangguhan kampanye dan penangkapan Modi.

Sebagai negara terpadat di dunia, India adalah rumah bagi sekitar 1,44 miliar warga. Partai BJP Modi telah dikritik karena memandang komunitas Muslim, termasuk pencari suaka dan pengungsi dari Bangladesh dan Myanmar, sebagai orang luar.

Kritikus mengatakan komentar Modi dibangun di atas kampanye perpecahan nasionalis Hindu dan dikaitkan dengan BJP yang berkuasa, yang diperkirakan akan meraih masa jabatan ketiga berturut-turut.

Modi saat ini menyebut Muslim sebagai penyusup dan orang-orang dengan banyak anak. Sejak 2002 hingga hari ini, satu-satunya jaminan Modi adalah melecehkan Muslim dan mendapatkan suara,” kata Asaduddin Owaisi, seorang anggota parlemen Muslim dan presiden All India Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen dalam sebuah postingan di platform media sosial X.

Sementara itu, kepala kongres Mallikarjun Kharge mengatakan komentar Modi merupakan pidato kebencian dan membentuk taktik yang dipikirkan secara matang untuk mengalihkan perhatian.

Dalam sebuah postingan di X, ia menambahkan bahwa Modi telah dipengaruhi oleh "nilai-nilai Sangh," merujuk pada Rashtriya Swayamsevak Sangh, sebuah organisasi paramiliter Hindu sayap kanan yang berafiliasi dengan Modi di masa muda.

“Dalam sejarah India, tidak ada perdana menteri yang merendahkan martabat jabatannya seperti yang dilakukan Modi," kata Kharge.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement