REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma memproyeksikan nilai tukar rupiah menguat di kisaran Rp14.900-15.300 per dolar AS hingga akhir tahun.
Menurut Samuel, pelemahan nilai tukar yang terjadi saat ini merupakan lonjakan temporer yang lebih disebabkan oleh faktor global.
"Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi akhir-akhir ini lebih disebabkan faktor global, dan salah satu fokus Bank Indonesia (BI) saat ini juga sudah sesuai, yaitu upaya stabilitas nilai tukar," kata Samuel dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Situasi saat ini memicu Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan. Sebagai informasi, suku bunga acuan BI atau BI-Rate tercatat 6 persen.
Saat ini BI terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga nilai tukar lewat intervensi di pasar mata uang, dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder yang juga diharapkan bisa menopang pasar obligasi.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa ditutup menguat didukung surplus Neraca Perdagangan RI. Pada akhir perdagangan Selasa, kurs rupiah naik 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.220 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.237 per dolar AS.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, sentimen positif bagi rupiah berasal dari rilis data neraca perdagangan Indonesia untuk Maret 2024.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus perdagangan yang sebesar 4,47 miliar dolar AS. Surplus tersebut melebihi ekspektasi pasar yang sebesar 1,23 miliar dolar AS dan lebih tinggi signifikan dari surplus Februari 2024 yang sebesar 834 juta dolar AS.