REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia tahun ini akan memberangkatkan sebanyak 221 ribu jamaah haji reguler. Jamaah haji gelombang pertama akan mulai masuk asrama haji pada 11 Mei 2024 dan keesokan harinya akan terbang ke Arab Saudi.
Sebelum berangkat ke Tanah Suci, calon jamaah haji pun disarankan melakukan berbagai jenis olahraga ringan. Ketua Umum Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) Syarief Hasan Luthfie mengatakan sebelum berangkat jamaah haji bisa melakukan olahraga dengan berjalan kaki, berenang, ataupun bersepeda.
"Pertama, jamaah bisa olahraga yang murah meriah, tentu saja jalan kaki. Kemudian, kalau bisa juga berenang, bersepeda. Jadi olahraga yang sederhana," ujar Syarief kepada Republika.co.id, Rabu (24/4/2024).
Mantan direktur utama RS Haji Jakarta ini tidak menyarankan kepada calon jamaah haji untuk melakukan olahraga permainan, seperti badminton atau ping pong. Karena, menurut dia, olahraga permainan berisiko cidera.
"Kalau olahraga permainan, seperti badminton atau ping pong itu bonus. Jadi jangan sampai nanti itu menjadi utama, tapi olahraga ketahanan dulu, vaskulernya. Jangan sampai olahraga permainan, karena kalau permainan menggunakan effort yang lebih tinggi," ucap dia.
"Selain berisiko cedera, olahraga permainan juga rawan terjadinya sumbatan pembuluh darah ke jantung yang berbahaya," kata dr Syarief.
Tidak hanya mempersiapkan fisiknya, Syarief juga menyarankan kepada calon jamaah haji yang akan berangkat tahun ini untuk mempersiapkan mentalnya.
"Mereka harus siap lahir dan batin. Secara fisik mereka menyiapkannya secara rutin minimal tiga kali seminggu. Lalu, secara mentalitas mereka juga harus punya motivasi dulu bahwa tujuan mereka ke sana adalah ibadah," kata Syarief.
Saat melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, menurut dia, jamaah haji Indonesia juga harus memprioritaskan yang wajib dulu, khususnya jamaah lanjut usia (lansia) atau jamaah risiko tinggi (risti).
"Jadi jangan langsung fokus kepada sunahnya. Karena, nanti pada saat puncaknya di Arafah, pada saat wukuf, pada thawaf, dan pada saat sai itu menjadi suatu kewajiban yang tidak bisa digantikan orang lain," kata Syarief.
"Jadi utamakan yang wajib baru nanti yang sunah, itu saran kami," ujar dia.