Rabu 24 Apr 2024 23:49 WIB

BI Beri Bukti Kekuatan Ekonomi Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global

Ketahanan eksternal baik berkaitan dengan ULN hingga cadangan devisa.

Tangkapan Layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Foto: Tangkapan Layar
Tangkapan Layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan ekonomi Indonesia tetap bertahan kuat dalam menghadapi peningkatan ketidakpastian global.

"Bagaimana dampak ketidakpastian global itu terhadap ekonomi domestik? Secara keseluruhan, ketahanan ekonomi Indonesia itu berdaya tahan kuat," kata Perry dalam pengumuman hasil rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2024 di Jakarta, Rabu.

Ketahanan ekonomi yang kuat tersebut tecermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap tinggi, inflasi yang tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen, dan ketahanan eksternal ekonomi yang kuat.

"Ketahanan eksternal baik berkaitan dengan utang luar negeri, neraca pembayaran maupun juga kecukupan cadangan devisa itu tetap kuat," ujar Perry.

Ketidakpastian global sekarang ini utamanya bersumber dari perubahan arah penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

"Kedua risiko itu berdampak pada kenaikan US Treasury yang lebih tinggi, dipengaruhi juga kebutuhan penerbitan utang oleh pemerintah Amerika Serikat yang lebih besar dan tentu saja itu membuat juga mata uang dolar AS itu menguat dan juga akan tetap kuat," tuturnya.

Di sisi lain, Bank Indonesia telah menakar risiko dan probabilitas terkait FFR dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yakni baseline skenario dengan probabilitas di atas 75 persen, risiko potensial dengan probabilitas 50-70 persen, dan risiko terburuk (tail risk) dengan probabilitas di bawah 50 persen.

Untuk baseline skenario ketegangan geopolitik di Timur Tengah, ada kemungkinan terjadinya retaliasi secara terbatas dan tentu saja akan berdampak kepada kenaikan harga minyak dunia yang lebih terbatas.

Sementara risiko potensial, eskalasi konflik meningkat secara moderat atau menengah, sedangkan untuk tail risk-nya, eskalasi ketegangan meluas.

Sedangkan untuk skenario baseline dengan probabilitas di atas 75 persen, BI memperkirakan FFR akan turun sekali pada Kuartal IV-2024 sebesar 25 basis poin.

Menurut Perry, dalam mengantisipasi berbagai risiko dari ketidakpastian penurunan FFR dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, diperlukan kebijakan-kebijakan yang antisipatif, forward looking dan pre-emptive.

Untuk itu, BI meningkatkan suku bunga BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan meningkatnya risiko global.

BI menyakini nilai tukar rupiah Kuartal II-2024 akan relatif stabil pada level Rp16.200 per dolar AS dan akan menguat ke kisaran Rp16.000 per dolar AS di Kuartal III-2024 serta Rp15.800 per dolar AS di Kuartal IV-2024.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement