Kamis 25 Apr 2024 16:10 WIB

Pernyataan The Fed Berubah-ubah, Apakah Suku Bunga akan Turun?

Pasar masih yakin suku bunga Fed turun tahun ini meski hanya dua kali.

Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/the Fed) belakangan ini berubah-ubah. Hal ini menimbulkan tanda tanya soal kepastian naiknya suku bunga di sana.

Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma CFA membenarkan hal itu. Pada Maret lalu, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan tren inflasi berada dalam penurunan, walaupun memang sesekali terjadi bumpy path volatilitas data jangka pendek. Ia memproyeksikan Fed Funds Rate (FFR) dapat turun tiga kali tahun ini.

Baca Juga

Namun di pertengahan April, Powell menyatakan data inflasi dan ketenagakerjaan terkini membuat kebijakan restriktif masih mungkin harus dipertahankan untuk sementara waktu. Pernyataan-pernyataan The Fed yang terlihat kontradiktif sebenarnya tetap menunjukkan konsistensi, bahwa The Fed sangat berpijak pada data untuk mengambil keputusan penurunan suku bunga.

"Yang perlu kita cermati lebih dalam, apakah inflasi AS yang meningkat lagi ini adalah bumpy path atau tren struktural," kata Samuel melalui keterangan tulis, Rabu (24/4/2024).

Jika kita lihat, kenyataannya ada beberapa faktor yang berpotensi menopang terjadinya non-inflationary growth, atau pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang cenderung terjaga. Yaitu terlihatnya normalisasi sisi pasok pada perekonomian yang dapat meningkatkan ketersediaan barang. Kemudian faktor peningkatan partisipasi tenaga kerja yang dapat memperbaiki ketersediaan jasa.

Seharusnya kombinasi kedua faktor ini dapat meredam kenaikan inflasi lebih lanjut. Sehingga, kita masih dapat berharap membandelnya data inflasi akhir-akhir ini memang adalah volatilitas data jangka pendek. Dimana hal tersebut sesuai juga dengan pandangan IMF pada proyeksi ekonomi global yang menyatakan pengendalian inflasi oleh bank-bank sentral sudah di jalur yang benar meski masih terlalu diri menyatakan upaya itu sudah berhasil.

Samuel menambahkan, gabungan berbagai faktor seperti masih kuatnya data ekonomi AS, komentar pejabat The Fed, serta meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah membuat pelaku pasar mengubah besaran dan frekuensi pemangkasan FFR tahun ini. "Estimasi pemangkasan pertama di akhir kuartal kedua berubah ke kuartal tiga, dan proyeksi tiga kali pemangkasan saat ini sudah mulai berubah menjadi dua kali saja," ungkap dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement