REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini diprediksi tak akan berlangsung terus menerus.
Saat libur Lebaran 2024 lalu, kurs rupiah mencapai Rp 16.000 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 16.200an per dolar AS.
Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma CFA menyebut, kondisi itu lebih disebabkan faktor global. Salah satu fokus Bank Indonesia (BI) saat ini juga pun sudah sesuai, yaitu upaya stabilitas nilai tukar. "Inilah yang membuat BI masih mempertahankan suku bunga acuan belum berubah," kata Samuel melalui keterangan tulis, Rabu (24/4/2024).
Dia melihat, BI terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga nilai tukar lewat intervensi di pasar mata uang dan pembelian SBN di pasar sekunder yang juga diharapkan bisa menopang pasar obligasi.