Jumat 26 Apr 2024 01:49 WIB

Pengamat: Koalisi Perubahan Kini Jadi Koalisi yang Rapuh

Rapuhnya Koalisi Perubahan ditandai merapatnya Nasdem dan PKB ke kubu Prabowo.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andri Saubani
 Presiden terpilih sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh usai  melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, Kamis (25/4/2024). Kedatangan Surya Paloh tersebut untuk bersilahturahmi pasca di tetapkannya Prabowo sebagai Presiden terpilih periode 2024-2029 oleh KPU. Dalam kesempatan itu pula Prabowo dan  Surya Paloh sepakat bekerja sama untuk kepentingan rakyat Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Presiden terpilih sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh usai melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, Kamis (25/4/2024). Kedatangan Surya Paloh tersebut untuk bersilahturahmi pasca di tetapkannya Prabowo sebagai Presiden terpilih periode 2024-2029 oleh KPU. Dalam kesempatan itu pula Prabowo dan Surya Paloh sepakat bekerja sama untuk kepentingan rakyat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, mengatakan Koalisi Perubahan pengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, tidak lagi segarang masa Pemilu setelah penetapan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai pemenang Pilpres 2024. Khoirul menyebut melemahnya Koalisi Perubahan terlihat dengan upaya Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendekat ke Prabowo-Gibran. 

"Pasca-penetapan kemenangan Prabowo-Gibran, Koalisi Perubahan yang tampak garang selama kampanye 2024 lalu, ternyata menjadi koalisi yang paling rapuh dalam kalkulasi pragmatisme politik praktis. Mendekatnya Nasdem dan PKB ke Prabowo selaku pemenang Pemilu, menjadi indikator yang nyata dan begitu vulgar dari Koalisi perubahan yang terbukti sangat mudah berubah," kata Khoirul, Kamis (25/4/2024).

Baca Juga

Khoirul menyebut bubarnya Koalisi Perubahan ini mengindikasikan bahwa narasi kritis dan 'jurus slepet' yang dulu digunakan partai-partai politik selama kampanye kemarin bukan didasarkan pada hasil kontemplasi mendalam atas kondisi demokrasi bangsa. Namun slogan perubahan yang dipakai kubu Anies-Muhaimin dinilai Khoirul hanya gimmick dan komoditas politik semata untuk meraup suara masyarakat yang berseberangan dengan pemerintah. 

Akibatnya lanjut Khoirul, narasi kritis perubahan itu begitu mudah dihapus dengan argumen rekonsiliasi dan persatuan yang seolah dimanfaatkan untuk menutupi kompromi kepentingan pragmatis dan oportunisme dalam politik praktis.

"Hasilnya, saat ini Capres Anies Baswedan yang menjadi simbol narasi kritis seolah ditinggalkan begitu saja oleh partai-partai yang di Pileg kemarin diuntungkan oleh narasi kritis dan mendapatkan coat-tail effects dari ketokohan Anies Baswedan," ucap Khoirul. 

Diketahui pascapenetapan Prabowo-Gibran sebagai pemenang Pilpres 2024 di KPU, Rabu (24/4/2024), Muhaimin sebagai Ketua Umum PKB menerima kedatangan Prabowo di Kantor DPP PKB. Walau tidak ada pernyataan resmi berkoalisi, tapi pengamat menilai pertemuan keduanya sebagai bentuk sinyal keinginan PKB kembali mesra dengan Gerindra dan Prabowo. 

Partai Nasdem pun sudah lebih dulu bertemu Prabowo di Nasdem Tower pada Maret 2024 lalu. Nasdem pun jadi partai di luar Koalisi Indonesia Maju yang mengucapkan selamat atas kemenangan Prabowo-Gibran usai rekapitulasi nasional diumumkan KPU. Lalu PKS juga terang-terangan ingin didatangi Prabowo seperti yang dilakukan PKB.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement