Jumat 26 Apr 2024 16:41 WIB

Rusia Ancam Turunkan Hubungan Diplomatik dengan AS Bila Asetnya Disita 

Negara yang tergabung dalam G7 sedang mencari cara menggunakan aset finansial Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Penarikan kontingen penjaga perdamaian Rusia dari Azerbaijan yang ditempatkan di Karabakh, distrik Kalbajar, Azerbaijan, 17 April 2024.
Foto: EPA-EFE/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY
Penarikan kontingen penjaga perdamaian Rusia dari Azerbaijan yang ditempatkan di Karabakh, distrik Kalbajar, Azerbaijan, 17 April 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kantor berita RIA melaporkan, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Rusia mempertimbangkan menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS). Bila pemerintah negara-negara Barat melanjutkan proposal untuk menyita aset-aset Rusia yang dibekukan.

Negara-negara yang tergabung dalam G7 sedang mencari cara menggunakan aset finansial Rusia senilai hampir 300 miliar dolar AS yang dibekukan sanksi-sanksi sejak 2022. Sebagai salah satu upaya membantu Ukraina dalam menghadapi invasi yang kini memasuki tahun ketiga.

Baca Juga

Namun mengingat langkah ini akan menjadi preseden yang kontroversial maka melakukan hal itu akan sangat rumit. Ryabkov mengatakan Moskow akan membalas melalui sektor ekonomi dan politik bila aset-asetnya dibekukan.

"Tentu salah satu opsinya adalah menurunkan tingkat hubungan diplomasi, banyak perwakilan tinggi di pemerintahan kami yang sudah berbicara mengenai respon finansial, ekonomi dan material kami pada langkah (penyitaan) ini, yang kami peringatkan kepada lawan-lawan kami, seperti sebelumnya, untuk tidak melakukannya," kata Ryabkov, Kamis (25/4/2024).

"Saat ini kami mempelajari bentuk reaksi yang optimal, di mana langkah balasan termasuk tindakan terhadap aset-aset lawan-lawan Barat kami serta langkah-langkah tanggapan diplomatik," tambahnya. Dia tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan menurunkan tingkat hubungan diplomatik. Kremlin telah mengkarakterisasi kondisi hubungan saat ini dengan Amerika Serikat sebagai "di bawah nol", meskipun tidak ada penurunan hubungan resmi yang terjadi sejak perang Ukraina dimulai. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement