Jumat 26 Apr 2024 16:46 WIB

Bahan Baku Mahal dan Langka, Usaha Bawang Goreng Terganggu

Produsen akan berjualan bawang goreng jika harga bawang merah sudah kembali normal.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Pembuatan bawang goreng
Foto: Dok. Web
Pembuatan bawang goreng

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN---Mahalnya harga bawang merah dalam beberapa waktu terakhir telah berimbas pada usaha produksi bawang merah. Selain menurunkankan produksi, adapula pedagang bawang goreng yang ‘hibernasi’ untuk sementara waktu.

Hal itu seperti yang dialami seorang pengusaha bawang goreng asal Desa Cilaja, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Iman Aruman. Usaha pembuatan bawang goreng yang selama ini dijalankannya mengalami penurunan yang signifikan. ‘’Harga bawang merah sangat tinggi, susah juga diperolehnya,’’ ujar Iman, Jumat (26/4/2024).

Baca Juga

Iman mengatakan, dalam kondisi normal, pabrik miliknya biasa mengolah 1,5 ton bawang merah untuk menjadi bawang goreng per hari. Namun sejak harga bawang merah melonjak pascalebaran kemarin, pabriknya baru dua kali memproduksi bawang merah goreng. ‘’Produksinya juga minim, cuma lima kuintal,’’ kata Iman.

Menurut Iman, biasanya memperoleh pasokan bawang merah dari daerah Brebes, Jawa Tengah. Namun, cuaca ekstrem membuat areal tanaman bawang di daerah tersebut terendam banjir pada pertengahan puasa lalu.

Saat ini, petani bawang merah di Brebes baru memasuki awal musim tanam kembali. Untuk tetap bisa menjalankan usahanya, Iman telah berusaha mencari pasokan bawang merah dari petani lokal di Kabupaten Kuningan. Namun, harga bawang merah saat ini sudah tiga kali lipat dari harga normal.

Menurutnya, dengan kondisi bawang merah yang mahal dan  sulit diperoleh, bawang goeng yang dijualnya pun terpaksa naik harga. Jika sebelumnya hanya di kisaran Rp 50 ribu per kilogram, saat ini dia menjual bawang gorengnya seharga Rp 80 ribu per kilogram.

Tak hanya Iman, pemilik usaha rumahan bawang goreng di Kabupaten Indramayu juga mengeluhkan hal serupa. Mereka bahkan terpaksa tidak memproduksi bawang goreng untuk sementara waktu.

Hal itu seperti yang dialami Aminah, seorang pedagang bawang goreng di Kecamatan Indramayu. Biasanya, dia menggunakan bawang merah di kisaran lima kilogram per hari untuk dijadikan bawang goreng. ‘’Sejak abis lebaran kemarin, belum bikin bawang goreng lagi. Gak kuat harga bawang merahnya, mahal banget,’’ kata Aminah.

Aminah mengaku para pelanggannya merasa kehilangan dan sering menanyakan bawang goreng yang dibuatnya. Namun, dia memutuskan baru akan kembali berjualan bawang goreng jika harga bawang merah sudah kembali normal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement