REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengajak masyarakat agar menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas pada kegiatan sehari-hark. Hal itu juna menurunkan tingkat kemacetan, khususnya yang berada di Jakarta.
Perlu kami sampaikan jumlah pergerakan orang di Jabodetabek saat ini menunjukkan data sebesar 88 juta orang per hari. "Dengan sekian banyak pergerakan per hari jika terlalu mengandalkan kendaraan pribadi sudah barang tentu menimbulkan permasalahan kemacetan," kata Sekretaris BPTJ Marta Hardisarwono.
BPJT terus sosialisasi kepada masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, serta menjaring masukan dan dukungan dari masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan seperti operator angkutan umum penyedia layanan angkutan umum massal, dan pengembang kawasan permukiman.
Dia mengatakan saat ini BPTJ tengah melakukan percepatan untuk menurunkan tingkat kemacetan dengan mengajak sebanyak mungkin masyarakat untuk melakukan pergeseran dari kendaraan pribadi roda empat dan roda dua menggunakan transportasi umum massal.
"BPTJ terus mengembangkan layanan Angkutan Jalan Jabodetabek Residence Connexion (JRC) yang bergerak dari kawasan permukiman agar semakin banyak masyarakat shifting dari kendaraan pribadi (roda 4 dan roda 2). Seperti yang kemarin baru kami luncurkan di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK)," kata Marta.
Sementara itu, Direktur Angkutan BPTJ Tatan Rustandi mengatakan BPTJ telah mempunyai program untuk menarik minat masyarakat agar beralih menggunakan angkutan umum, yaitu BISKITA.
"BPTJ saat ini telah memiliki layanan BISKITA di Kota Bogor dan Bekasi yang memiliki perbedaan dari sisi layanan. Karena kami mengedepankan keamanan, kenyamanan dan keselamatan, terutama jaminan kepastian waktu. Insya Allah beberapa waktu ke depan kami juga akan menghadirkan layanan ini di Kota Depok dan Kabupaten Bogor," ujar Tatan.
Pengamat Transportasi Yayat Supriatna menyebut kenyamanan prasarana transportasi umum juga tak kalah penting untuk mengajak masyarakat, terutama kaum milenial.
"Kalau kita mengkampanyekan naik angkutan umum ini ke anak-anak milenial maka sarana maupun prasarananya harus aman, nyaman, dan modern," kata Yayat.
Misalnya, lanjut Yayat, beberapa shelter dan stasiun sekarang sudah memiliki kafe, kemudian jika angkutan nyaman dan ber-AC serta bisa tidur dengan nyaman saat terkena macet, maka hal itu bisa mendorong generasi milenial beralih ke transportasi umum.
"Itu yang gak mungkin bisa kita lakukan kalau naik kendaraan pribadi," kata Yayat.