REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mahasiswa dari universitas ilmu politik terkemuka di Prancis, Sciences Po, menduduki gedung kampus dengan mendirikan kemah. Aksi protes tersebut sebagai tanggapan atas tindakan keras baru-baru ini terhadap para demonstran pro-Palestina di sejumlah kampus ternama di AS.
Para mahasiswa menggelar unjuk rasa di gedung utama universitas dimulai pada Kamis (25/4/2024) pagi, hingga kemudian administrasi Sciences Po menggunakan polisi anti huru-hara Compagnies Républicaines de Sécurité (CRS) untuk mengusir perkemahan mereka. Ini pertama kalinya polisi huru-hara memasuki universitas sejak protes mahasiswa pada 1968.
“Ketika kita melihat apa yang terjadi di Amerika Serikat, dan sekarang di Australia, kami benar-benar berharap hal ini akan terjadi di Prancis, dunia akademis harus mengambil peran,” kata Hicham (22 tahun), seorang mahasiswa program master mahasiswa Hak Asasi Manusia dan Aksi Kemanusiaan di IPA Po.
Mahasiswa yang berada di lingkungan universitas mengatakan pihak kampus mengancam akan mengirim polisi lagi. Pihak kampus bahkan mengancam menutup universitas selama 10 hari dan menunda ujian hingga Juni.
Pada Rabu malam, 50 polisi dengan perlengkapan antihuru-hara menyerbu kampus St Thomas setelah sekitar 80 mahasiswa mendirikan perkemahan sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza. Aksi tersebut merupakan aksi pertama kalinya untuk sebuah universitas di Eropa, bergabung dengan gerakan pro Palestina yang dipimpin oleh mahasiswa Amerika.
“Pemerintah tiba-tiba memberi tahu para mahasiswa bahwa mereka akan mengirimkan CRS”, kata seorang anggota komite.
Mahasiswa menuduh Sciences Po memprioritaskan...