Ahad 28 Apr 2024 10:05 WIB

PVMBG Ungkap Gempa Bumi Garut Jenis Intraslab, Lima Kali Terjadi di Jabar Selatan

Lokasi gempa berada di laut pada kedalaman menengah jadi guncangan terasa di Jabar

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Puluhan rumah di sejumlah kabupaten dan kota mengalami kerusakan akibat gempa bumi magnitudo 6,5 di Garut, Sabtu (27/4/2024) tengah malam.
Foto: Dok Republika
Puluhan rumah di sejumlah kabupaten dan kota mengalami kerusakan akibat gempa bumi magnitudo 6,5 di Garut, Sabtu (27/4/2024) tengah malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi ESDM mengungkapkan gempa bumi magnitudo 6,5 di Garut terjadi disebabkan aktivitas penunjaman atau subduksi yang disebut juga gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik. Gempa bumi intraslab di Jawa Barat (Jabar) selatan telah beberapa kali menyebabkan bencana di tahun 1979, 2007, 2017, 2022, dan 2023.

"Kejadian gempa bumi ini diakibatkan aktivitas penunjaman atau subduksi yang disebut juga gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik," ujar  Kepala PVMBG Hendra Gunawan melalui keterangan resmi yang diterima, Ahad (28/4/2024).

Baca Juga

Hendra mengatakan, lokasi gempa berada di laut pada kedalaman menengah sehingga guncangan terasa pada daerah cukup luas di Jabar. Kondisi umum wilayah pesisir Jabar selatan berupa dataran pantai yang berbatasan dengan perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal pada bagian utara.

Menurut Hendra, data Badan Geologi daerah pesisir pantai tersusun oleh tanah lunak kelas e dan tanah sedang kelas D. Sedangkan daerah perbukitan tersusun oleh tanah keras atau kelas c. Wilayah tersebut secara umum tersusun endapan kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan batuan berumur tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api.

Sebagian batuan berumur tersier dan batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu, kata dia, perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas BPBD setempat, tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.

Ia menilai, bangunan di daerah Jabar Selatan harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi. Hal itu dilakukan untui menghindari risiko kerusakan dengan dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi. "Wilayah di daerah pesisir Jabar Selatan tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural," kata dia.

Kejadian gempa bumi ini, kata dia, diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi. 

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan gempa ini dipicu oleh adanya deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat atau populer disebut sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquakke).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement