REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kerutinan seorang hamba dalam berdoa merupakan pertanda tingginya makrifat dia kepada Allah SWT, juga tanda kuatnya hubungan dia dengan-Nya.
Karena itu kita dapati para nabi dan rasul adalah orang-orang yang paling terdepan dalam memperbanyak doa dengan sempurna di segala kondisi dan kesempatan. Allah SWT berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Artinya: “Sungguh mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami”. (QS Al-Anbiya (21): 90).
Di antara doa tersebut adalah doa yang dibacakan Nabi Ayyub alaihissalam ketika menderita sakit parah. Berikut ini doa singkat yang disampaikan Nabi Ayyub:
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Latin:
Anni massaniyadhurru wa anta Arhamur Rahimin
Terjemah:
“(Wahai Rabbku), sungguh aku telah ditimpa penyakit parah, padahal Engkau Tuhan Yang Mahapenyayang dari semua yang penyayang.”
Doa ini, sabgaimana diabadikan Alquran surat al-Anbiya ayat 83-84 sebagai berikut:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Artinya: “(Ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Rabbnya, “(Wahai Rabbku), sungguh aku telah ditimpa penyakit parah, padahal Engkau Tuhan Yang Mahapenyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya padanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka), sebagai suatu rahmat dari Kami dan untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang taat.” (QS Al-Anbiya (21): 83-84).
Anjuran berdoa...