REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pihak militer Israel mengatakan bahwa kepala divisi intelijennya telah mengundurkan diri karena telah gagal mencegah invasi Hamas yang dilakukan pada 7 Oktober lalu, Hamas telah mengirim serangan balasan yang menewaskan 1.200 orang dan memicu perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Aharon Haliva, Kepala Intelijen Militer Israel, telah menyerahkan pengunduran dirinya setelah 2,5 tahun menjabat, menurut keterangan Pasukan Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir dari GulfNews, Senin (29/04/2024).
Aharon adalah pejabat senior Israel pertama yang mengundurkan diri atas serangan yang dilakukan oleh Hamas, sebuah kelompok yang didukung Iran yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Setelah kejadian tanggal 7 Oktober, Aharon melakukan kesalahan karena gagal mencegah serangan tersebut, yang mana ratusan pejuang Hamas bersenjata menyerbu perbatasan Gaza yang dijaga ketat oleh Israel dan menyerbu kelompok dan pangkalan militer. Hal tersebut mengakibatkan konflik yang terjadi seperti saat ini, banyak warga sipil yang menjadi korban atas kejadian tersebut sehingga mereka tidak mempunyai tempat tinggal serta pasokan makanan yang cukup.
“Divisi intelijen di bawah komando saya tidak menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kami, sampai akhir masa jabatan saya, saya akan melakukan segalanya untuk mengalahkan Hamas dan mereka yang berusaha menyakiti kami dan untuk mengembalikan semua sandera dan tawanan ke rumah dan tanah mereka,” kata Aharon dalam surat pengunduran dirinya.
Protes meningkat yang dilayangkan kepada Israel dalam beberapa pekan terakhir yang melibatkan puluhan ribu pengunjuk rasa dan menyerukan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk bertanggung jawab atas peristiwa pada 7 Oktober dan harus mengundurkan diri.
Netanyahu menolak untuk mengakui tanggung jawabnya atas kegagalan intelijen dan operaasional yang menyebabkan serangan tersebut dan berulang kali mengatakan bahwa semua kegagalan tersebut hanya akan dapat diselidiki setelah perang selesai. Lebih dari 130 sandera, beberapa diantaranya tewas, masih berada di Gaza. Lebih dari 34 ribu warga Palestina telah meninggal, menurut Otoritas Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.