REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Protes terhadap perang Israel di Gaza yang terkepung atau protes Student Spring telah bermunculan di banyak kampus di Amerika. Hal itu terjadi setelah penangkapan para demonstran pro Palestina bulan ini di Universitas Columbia.
Para mahasiswa menyerukan universitas-universitas Amerika untuk memisahkan diri dari perusahaan-perusahaan yang melancarkan invasi militer Israel di Gaza, Palestina. Dalam beberapa kasus, menyeru memisahkan diri dari Israel.
Jumlah penangkapan secara nasional telah mendekati 1.000 orang sejak polisi New York menangkap para demonstran di Universitas Colombia pada 18 April 2024.
Protes di banyak kampus diatur oleh koalisi kelompok mahasiswa. Kelompok-kelompok tersebut sebagian besar bertindak secara independen, meskipun para mahasiswa mengatakan bahwa mereka terinspirasi oleh rekan-rekan mereka di universitas lain.
Berikut adalah gambaran protes yang sedang berlangsung di kampus-kampus yang dilaporkan laman TRT World:
Universitas Columbia
Mahasiswa demonstran di Universitas Columbia, pusat protes pro-Palestina yang meletus di perguruan tinggi Amerika, mulai diskors setelah menentang ultimatum untuk membubarkan diri.
Pihak berwenang di universitas bergengsi di New York menuntut agar perkemahan protes dibersihkan pada pukul 14:00 atau para mahasiswa akan menghadapi tindakan disipliner.
“Taktik menakut-nakuti yang menjijikkan ini tidak ada artinya dibandingkan dengan kematian lebih dari 34.000 warga Palestina,” kata sebuah pernyataan yang dibacakan oleh seorang mahasiswa pada konferensi pers setelah batas waktu.
“Kami tidak akan pindah sampai Columbia memenuhi tuntutan kami atau dipindahkan secara paksa,” kata mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya.
Beberapa jam kemudian, wakil presiden komunikasi Columbia, Ben Chang mengatakan universitas tersebut "mulai menangguhkan mahasiswanya sebagai bagian dari fase berikutnya dari upaya kami untuk memastikan keamanan di kampus kami."
Presiden Columbia, Minouche Shafik menghadapi teguran yang signifikan namun sebagian besar simbolis dari fakultas pada hari Jumat namun tetap mendapat dukungan dari para pengawas, yang memiliki kekuasaan untuk mengangkat atau memecat presiden.
Protes ini merupakan tradisi terbaru di Columbia yang telah berlangsung selama lebih dari lima dekade yang juga turut memberikan inspirasi bagi protes anti-apartheid pada tahun 1980-an, protes perang Irak, dan masih banyak lagi.
Soph Askanase, seorang pengunjuk rasa Yahudi pro-Palestina, telah diskors dari Columbia dan ditangkap karena masuk tanpa izin.
“Menjadi tidak nyaman berbeda dengan merasa tidak aman,” kata Askanase.
“Kami tinggal di negara dan kami kuliah di universitas yang sangat menghargai kebebasan berpendapat, dialog terbuka, dan retorika,” katanya.
Penangkapan di Universitas Texas
Sementara itu, di Universitas Texas di Austin, polisi bentrok dengan pengunjuk rasa dan melakukan penangkapan saat membongkar sebuah perkemahan, sehingga menambah lebih dari 350 orang yang ditahan di seluruh Amerika Serikat selama akhir pekan.
“Perkemahan tidak akan diizinkan,” kata Gubernur Texas Greg Abbott di media sosial Senin sore.
"Sebaliknya, penangkapan malah dilakukan."
Protes terhadap perang Gaza, yang menyebabkan tingginya angka kematian warga sipil Palestina, telah menjadi tantangan bagi para administrator universitas.
Pekan lalu, ratusan polisi termasuk beberapa yang menunggang kuda dan memegang tongkat mendorong pengunjuk rasa di universitas, menyebabkan beberapa orang terjatuh ke jalan.
Universitas Northeastern Boston
Polisi dengan perlengkapan antihuru-hara membersihkan sebuah perkemahan di Universitas Northeastern Boston pada Sabtu lalu.
Polisi negara bagian mengatakan sekitar 100 pengunjuk rasa ditangkap dan akan didakwa melakukan pelanggaran dan perilaku tidak tertib.
Northeastern mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa demonstrasi itu "disusupi oleh penyelenggara profesional" yang tidak berafiliasi dengan universitas tersebut dan bahwa hinaan anti-Semit, termasuk "bunuh orang Yahudi" telah digunakan.
Kelompok mahasiswa Huskies for a Free Palestine mengatakan bahwa para pengunjuk rasa tandingan harus disalahkan atas penghinaan tersebut dan tidak ada mahasiswa pengunjuk rasa yang "mengulangi ujaran kebencian yang menjijikkan."
Universitas Mary Washington
Lihat halaman berikutnya >>>