Rabu 01 May 2024 11:45 WIB

Festival Gunung Slamet 2024, Ratusan Rumah Warga Disiapkan untuk Homestay

Festival Gunung Slamet 2024 dijadwalkan digelar 12-14 Juli.

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Festival Gunung Slamet di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Foto: Antara/Idhad Zakaria
(ILUSTRASI) Festival Gunung Slamet di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA — Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, bersama sejumlah pihak terkait, membahas persiapan agenda Festival Gunung Slamet VII. Termasuk soal tempat penginapan atau homestay bagi wisatawan.

Festival Gunung Slamet (FGS) 2024 dijadwalkan digelar pada 12-14 Juli di Desa Serang, Kecamatan Karangreja. Agenda tersebut masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2024, yang diluncurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Baca Juga

Kepala Bidang Pariwisata Dinporapar Kabupaten Purbalingga, Sumarsono, mengatakan, pihaknya mulai menyiapkan rumah-rumah warga untuk dijadikan tempat penginapan atau homestay bagi wisatawan yang ingin menyaksikan FGS 2024.

“Kami sudah menyiapkan sekitar 200 rumah warga, baik yang sudah menjadi homestay maupun belum menjadi homestay. Hal ini untuk mengantisipasi adanya lonjakan wisatawan dari luar daerah, mengingat FGS VII telah menjadi agenda KEN 2024,” kata Sumarsono.

Menurut Sumarsono, pemilik rumah yang akan disiapkan untuk homestay itu dilatih tata cara dalam melayani tamu dan sebagainya. Dengan penyediaan tempat menginap bagi wisatawan, kata dia, diharapkan agenda FGS turut menggerakkan perekonomian warga desa sekitar, termasuk juga dari penjualan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sumarsono mengatakan, Dinporapar sudah menggelar serangkaian rapat untuk membahas rencana kegiatan FGS 2024, antara lain yang terkait acara utama maupun pendukung. Baik acara utama maupun pendukung, kata dia, pada prinsipnya sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Mencakup tradisi pengambilan air Gunung Slamet dari mata air Tuk Sikopyah, gebyar desa wisata, serta pentas seni tradisional dan pentas musik Kabut Lembut yang akan menghadirkan sejumlah artis ternama.

Menurut Sumarsono, seluruh acara tersebut dapat disaksikan oleh pengunjung atau wisatawan secara gratis. “Hanya saja, bagi wisatawan yang ingin ikut terlibat dalam tradisi pengambilan air dari Tuk Sikopyah, ada paket tersendiri yang akan ditawarkan. Namun, harga paketnya masih dalam pembahasan,” ujar dia.

Sumarsono mengatakan, biaya paket tersebut digunakan untuk sewa pakaian tradisional dan beberapa perlengkapan lainnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement