REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Perbincangan soal penyembelihan sapi merah sebenarnya bukanlah hal baru. Namun kehebohannya pada tahun ini berbeda. Profesor Studi Yerusalem, Abdullah Marouf menjelaskan, peningkatan kesadaran ini bukan mengenai sapi, namun lebih pada kelompok ekstremis itu sendiri dalam konteks saat ini.
Marouf menekankan banyak faktor yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menjadikan isu sapi merah menjadi momentum tahun ini. Mereka mengangkat masalah ini pada sebuah upacara resmi di Amerika Serikat di Museum Alkitab di Washington pada awal 2024 ini, yang dihadiri oleh Ketua DPR Mike Johnson.
Marouf juga menyinggung laporan media bahwa sebidang tanah dekat Tembok Barat, atau Kotel, di Bukit Zaitun, seharusnya menjadi area paling tepat untuk melakukan ritual penyembelihan sapi merah.
Sebidang tanah tersebut, sebagaimana dilansir laman World Crunch, Rabu (1/5/2024), telah diberikan kepada organisasi pemukiman yang dipimpin oleh Rabbi Mamo, yang juga bertanggung jawab mencoba menyita rumah warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem. Ditambah lagi dengan panggilan pertama bagi orang-orang suci untuk dilatih dalam upacara tersebut.
Semua itu menimbulkan kekhawatiran bahwa penyembelihan sapi merah akan terjadi secara diam-diam atau tiba-tiba, sehingga menyebabkan serangan besar-besaran ke halaman Masjid Al-Aqsa di Temple Mount.
Marouf juga mencatat pemerintahan yang berkuasa di Israel memiliki dua tingkat politik. Yang pertama diwakili oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan gerakan “Zionisme Religius” yang mendukungnya, termasuk Menteri Keuangan Israel yang ekstremis Bezalel Smotrich, Menteri Keamanan Nasional Israel yang ekstremis Itamar Ben Gvir.
Kedua adalah gerakan strategis yang diwakili intelijen Shin Bet, badan keamanan, dan menteri sekuler. Marouf mengatakan, seluruh kalangan tersebut menilai kegilaan agama ini bisa membakar seluruh kawasan Timur Tengah.
Menurut Marouf, jika sapi tersebut disembelih dalam ritual “penyucian” yang ditunggu-tunggu banyak orang, termasuk Smotrich, maka pintu akan terbuka untuk menyerbu Al-Aqsa. Ini operasi multitahap yang mencakup tindakan cepat dan jangka panjang. Hal ini akan diukur dalam waktu dekat, selama musim liburan Yahudi yang mencakup penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh sejumlah besar pemukim terutama pada hari raya keagamaan.
Ketika proses bertahap ini tercapai, maka akan menghasilkan kemenangan numerik yang akan mewujudkan tuntutan para pemukim untuk membagi Masjid Al-Aqsa. Serangan pemukim terhadap Masjid Al-Aqsa akan meningkat, khususnya Kubah Shakhrah, dengan tujuan memulai pembangunan Kuil Ketiga. Karena itu penyembelihan Sapi Merah merupakan sebuah langkah mencapai ramalan tersebut.
Kelompok ekstremis Yahudi juga telah memotong batu-batu yang akan digunakan untuk membangun candi. Video yang tersebar menunjukkan pria-pria yang mengukir nama-nama pemukim yang terbunuh di Gaza pada batu-batu tersebut, yang mereka yakini akan digunakan untuk membangun kuil. Dan seluruh area Al-Aqsa haruslah murni milik Yahudi.